ameer-basheer-nVrqbvzOh08-unsplash
Dissecting Money

Dissecting Money

DomaiNesia

Pentingnya Menuliskan Tujuan Investasi

Tujuan investasi itu harus tertulis dan spesifik

Maka itulah post ini saya beri judul “Pentingnya Menuliskan Tujuan Investasi.” Karena jika Anda memiliki tujuan investasi hanya di kepala dan tidak tertulis, sebenarnya Anda sedang berinvestasi tanpa tujuan dan sedang membohongi diri Anda sendiri.

Lihatlah seorang pelari maraton, apa yang ada di pikirannya saat memulai balapan? Garis finis.

Sehingga kita pun dalam berinvestasi memerlukan tujuan yang jelas, agar kita memiliki acuan yang membatasi kita dari keluar jalur dan berputar-putar mengerjakan hal-hal yang sebenarnya tidak berguna sama sekali dalam mencapai tujuan kita.

Mayoritas investor tidak memiliki tujuan investasi yang jelas dan tertulis

Sayangnya, mayoritas investor, dan artinya mayoritas dokter yang berinvestasi pula, tidak memiliki tujuan investasi yang jelas. Jangankan tertulis, di dalam kepalanya pun bahkan tidak ada tujuan investasi yang jelas. Seperti apa tujuan investasi yang baik akan saya jabarkan lebih dalam di bawah.

Sekarang ini sering sekali kita lihat di akun-akun para financial planner bahwa pertanyaan terpenting sebelum memulai investasi adalah: Apa tujuan investasi Anda? Seringkali kita mengganggap bahwa kita sudah memiliki jawaban atas pertanyaan itu. Tapi terus terang, saat saya pertama kali ditanyakan pertanyaan tersebut, saya diam seribu bahasa dan tidak bisa menjawabnya. Dan mayoritas do-it-yourself investor pun masih dalam fase ini walau sudah bertahun-tahun terjun ke dalam dunia investasi. Mereka hanya enggan mengakuinya.

Maka itu, adalah sangat penting untuk menggali lebih dalam dan mengetahui apa yang sebenarnya menjadi tujuan anda berinvestasi.

Bagaimana cara kita mengetahui bahwa tujuan investasi kita dapat menentukan arah di dalam perjalanan kita berinvestasi?

Terarah vs tidak terarah

Mari kita mulai dengan contoh-contoh tujuan investasi yang buruk dan tidak terarah:

  • Saya ingin kaya/cuan sebanyak-banyaknya
  • Ingin punya banyak rumah/tanah agar passive income banyak untuk masa pensiun
  • Ingin bisa belanja online tanpa berpikir uang akan habis
  • Agar istri dan anak-anak bisa hidup di atas standar
  • Agar anak-anak bisa kuliah di luar negeri
  • Agar punya kekayaan 10 triliun

Mungkin Anda akan tertawa kecil membacanya, tapi percayalah bahwa kebanyakan orang (bahkan mungkin Anda sendiri) menganggap bahwa tujuan investasi itu seperti apa yang tertulis di atas.

Contoh tujuan investasi tertulis yang baik adalah sebagai berikut:

  • Memiliki dana pendidikan untuk kuliah anak pertama di Melbourne sejumlah 1,5 miliar pada tanggal 1 Januari 2035.
  • Memiliki cukup nest egg (dana pensiun) agar return/imbal hasilnya dapat menghidupi kebutuhan bulanan saya (20 juta IDR) pada saat saya berusia 60 tahun.
  • Melunasi cicilan rumah pertama saya (2 miliar IDR) 10 tahun dari sekarang.

Apa yang menjadi kriteria tujuan investasi dibilang “baik?”

Contoh-contoh tujuan investasi yang baik di atas memenuhi 2 syarat terbentuknya sebuah tujuan yang baik, yaitu ada garis finis dan memiliki target waktu pencapaian. Jika Anda adalah pembaca setia dari blog ini, maka Anda sudah mengetahui bahwa dalam berinvestasi, ada 3 hal yang terpenting, yaitu: rasio bunga, rasio tabungan dan waktu.

Maka Anda bisa mulai mengerti bahwa memiliki tujuan investasi yang baik berarti Anda dapat menghitung dengan pasti: dalam durasi investasi yang Anda rencanakan, berapa jumlah uang yang harus Anda tabung dan berapa tingkat bunga yang Anda harapkan untuk mencapai tujuan itu.

Bahkan dengan melakukan penghitungan tersebut, maka tujuan yang awalnya terkesan muluk-muluk, bisa menjadi sesuatu yang sangat bisa dicapai.

Bingung?

Saya berikan sebuah contoh kasus berikut ini.

Membuat tujuan raksasa menjadi kecil

Bilanglah saya adalah seorang dokter spesialis orthopaedi berusia 35 tahun yang memiliki kebutuhan hidup 30 juta IDR setiap bulannya.

Saya memiliki tujuan investasi sebagai berikut: Memiliki dana pensiun yang cukup pada usia 60 tahun (25 tahun lagi), sehingga pokok dana pensiun saya dapat saya masukkan ke instrumen investasi dengan bunga 6% per tahun dan mencukupi kebutuhan hidup saya sebanyak 30 juta IDR setiap bulannya.

Pertama-tama, kita harus menghitung dulu, 30 juta IDR di masa sekarang kira-kira setara dengan nilai uang berapa di masa 25 tahun lagi? Untuk memperhitungkan inflasi, bilanglah rata-rata saat ini sekitar 3,5%.

Berikutnya, kita harus berhitung dengan rumus Future Value, yang pada dasarnya membantu kita untuk memperkirakan nilai uang di masa yang akan datang:

(Catatan: pada ilustrasi perhitungan di atas, inflasi dimasukkan di dalam bagian suku bunga, sementara bagian setoran berkala dikosongkan saja)

Berdasarkan rumus Future Value yang dapat kita hitung di Microsoft Excel atau di kalkulator investasi yang banyak disediakan web seperti di atas (pilih tab “Nilai Masa Depan Simpanan”) maka kita dapatkan bahwa kebutuhan bulanan senilai 30 juta IDR sekarang dalam 20 tahun lagi akan menjadi kira-kira setara dengan 72 juta IDR.

Jika anggapannya di masa 25 tahun lagi masih ada opsi untuk masuk di instrumen obligasi pemerintah yang memiliki return 6% per tahun, maka dana pokok yang saya butuhkan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Pendapatan tahunan / bunga obligasi pemerintah

= (72 juta IDR x 12 bulan) / 6%

= sekitar 14,4 miliar IDR

Selanjutnya kita akan mencoba menghitung bagaimana cara saya merencanakan agar dapat memiliki dana sebesar 14,4 miliar IDR dalam waktu 25 tahun. Kita asumsikan dengan optimis bahwa dengan berinvestasi di reksa dana indeks dan berhasil menangkap rerata return indeks harga saham gabungan (IHSG), maka rerata return dari portofolio kita adalah 15% per tahun

(Sebagai catatan, rerata return indeks harga saham gabungan (IHSG) adalah sekitar 11-16%)

Yes, 15% is quite optimistic, I know, I’m a hopeless optimist.

Lagi-lagi kita dapat menggunakan Microsoft Excel, namun daripada terlalu membingungkan untuk Anda maka kita gunakan saja kalkulator yang banyak disediakan oleh bank atau perusahaan sekuritas seperti ini:

Maka, dapat kita hitung bahwa untuk dapat memiliki pokok dana investasi setara 14,4 miliar IDR di waktu 20 tahun mendatang, saya harus menabung sebanyak 10,5 juta IDR setiap bulannya, dan membuat portofolio investasi dengan estimasi return 15% per tahun.

 

Meskipun nominal itu terbilang cukup besar untuk disisihkan dari gaji bulanan, tetapi kita sudah mendapatkan gambaran umum bahwa dengan menabung sebanyak 10,5 juta IDR per bulan, dan menanamkan dana tersebut rutin setiap bulan di instrumen reksa dana indeks dengan fee rendah yang manajer investasinya bekerja secara pasif dengan hanya mencoba menyamai pergerakan indeksnya (tentunya dengan melakukan diversifikasi dan tidak menaruh seluruh uang tersebut di satu instrumen saja), kemungkinan besar saya dapat mencapai nominal tujuan dana pensiun saya dalam waktu kurang-lebih 25 tahun.

Tujuan yang awalnya terlihat raksasa (114,4 miliar IDR), menjadi tujuan yang relatif kecil (10,5 juta IDR per bulan).

Maka, jangan anggap remeh penulisan tujuan investasi Anda secara tertulis.

It keeps your eyes on the prize.


Bagaimana dengan Anda? Apakah sudah memiliki tujuan investasi tertulis yang jelas? Atau jangan-jangan selama ini Anda menjalankan investasi tanpa tujuan?

Tinggalkan komentar atau pertanyaan di kolom di bawah atau klik ikon chat di kanan bawah.

Photo by Ameer Basheer on Unsplash

www.domainesia.com

8 thoughts on “Pentingnya Menuliskan Tujuan Investasi”

  1. Dok, bagaimana dengan dokter umum yang sedang mencoba menabung untuk biaya sekolah spesialis (keluarga sama sekali tidak bisa membantu, baru kerja 1.5 tahun, dan sudah berkeluarga)
    Dana yang besar membuat nominal yg disisihkan untuk investasi setiap bulannya besar juga, alhasil semua dana investasi habis dialokasikan ke post dana sekolah, tidak bisa dialokasikan untuk dana pensiun, ataupun tujuan investasi lain (biaya sekolah anak, dll)
    apakah dokter memang harus demikian? mengharuskan kita menunda investasi untuk tujuan investasi lain sampai selesai spesialis
    (belum lagi istri mau spesialis juga :D)
    any insight dok?
    thanks

    Reply
    • Ya, memang pembiayaan untuk sekolah spesialis itu problematik kalau mau membiayai sendiri, hampir pasti kita harus menunda investasi2 lainnya karena memang di atas kertas dananya tidak akan mencukupi.

      Kebanyakan sudah saya bahas di artikel “Biaya PPDS.”

      Reply
  2. Dok maaf mau nanya, itu contoh dokter diatas kan sudah menghitung nilai inflasi dari kebutuhan bulanan dokter di masa depan, otomatis jumlah 14 milyar itu udah jadi biaya yg harus dikumpulkan dan sudah kena inflasi.

    Lalu kenapa 14 milyar diatas masih perlu dihitung lagi nilai setelah inflasinya di kalkulator investasi bulanannya? Bukankah harusnya tidak perlu lagi dihitung dok?

    Reply
    • CMIIW ya, tapi saat hitung jadi 14 M itu kan kita menghitung maju, sehingga pada saat kita hitung mundur untuk investasi bulanannya di masa sekarang, harusnya diperhitungkan juga dong tingkat inflasinya (karena inflasi akan menurunkan return dari investasi kita).

      Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Weekly newsletter

Suntikan literasi keuangan (dan kehidupan) mingguan di tengah kesibukan Anda!