caroline-hernandez-gfDQ9GmjNFI-unsplash
Picture of Dissecting Money

Dissecting Money

DomaiNesia

Cara Menghitung Kebutuhan Dana Pensiun

Bergaji tetapi tanpa tujuan

Mungkin sudah sejak mulai menjalani pendidikan tinggi saya mulai berpikir mengenai bagaimana caranya agar saya dapat hidup nyaman di hari tua saya nanti. Namun, sebenarnya saya tidak pernah mengetahui dengan pasti bagaimana cara mempersiapkan hari tua saya tersebut. Saya percaya ini juga merupakan blunder dari kebanyakan orang di usia produktifnya: tidak menyadari bahwa dana pensiun harus dipersiapkan dari hari pertama Anda menerima gaji.

Akibatnya, mayoritas pekerja usia produktif hanya akan bekerja untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya uang, namun tidak jelas untuk apa. Sehingga seringkali uang tersebut akan berakhir keluar untuk mencukupi kebutuhan gaya hidup yang dipengaruhi oleh lingkungan dan komunitas di sekitar kita, atau berakhir hanya sebagai uang di rekening tabungan. Saya sudah sering mengungkapkan bahwa tidak ada gunanya memiliki uang rekening tabungan jika Anda sudah memiliki dana darurat, put your money out to work and invest it.

Pentingnya mempersiapkan dana pensiun

It amazes me how too many people don’t see this, yet they still have the latest iPhone.

Perhatikan gambar jenjang hidup seseorang di bawah ini.

Gambar di atas menunjukkan 3 jenjang di dalam hidup seorang dokter, tetapi pada dasarnya bagi semua orang, jenjang ini terbagi dalam 2 kondisi keuangan: produktif dan nonproduktif. Fitur utama yang membuat ini spesifik untuk dokter adalah keterlambatannya dalam memiliki gaji pertama (saya mengambil contoh rata-rata dokter spesialis lulus pada usia 30+ tahun), sementara profesi nondokter sudah memiliki gaji utamanya sejak usia 20-an tahun.

If this doesn’t scare you yet, it will.

Perhatikan jenjang di tengah (usia produktif) di mana seseorang yang sudah memiliki pendapatan tetap dari detik pertamanya menerima gaji seharusnya sudah memikirkan bagaimana cara untuk menghidupi dirinya di masa pensiun (panah ke kanan). Di saat yang bersamaan, biasanya seseorang di usia tersebut akan mulai berkeluarga dan memiliki keturunan, sehingga pendapatannya harus juga dipakai untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya di jenjang nonproduktif (panah ke kiri).

Semua ini dengan catatan bahwa Anda bukanlah dokter sandwich generation dan orangtua Anda sudah mengamankan dana pensiunnya.

Karena jika tidak, maka artinya pada jenjang usia produktif menurut gambar di atas, Anda memiliki dua tanda panah ke kanan, satu untuk mempersiapkan dana pensiun Anda nantinya, dan satu lagi untuk menghidupi orangtua Anda di masa nonproduktifnya.

Masih yakin keputusan Anda beli iPhone model terbaru itu bijak?

Bukan angka kira-kira

Jadi, setelah menyadari kenyataan di atas, maka kemungkinan Anda akan mulai berpikir “saya harus mulai menabung sebanyak-banyaknya mulai sekarang.” Bukannya tidak bagus, tapi sayangnya pemikiran tersebut tidak memiliki tujuan: berapa sebenarnya nominal dana pensiun yang Anda perlukan? When is enough = enough?

Angka ini bukanlah sesuatu yang Anda kira-kira. Berapa kira-kira yang Anda butuhkan untuk pensiun dan mencapai financial independence? Lalu bagaimana untuk financial freedom? 5 miliar IDR? 10 miliar IDR? 100 miliar???

Most people dream of reaching financial independence, but they can’t even answer this simple question.

Cara menghitung kebutuhan dana pensiun Anda

Perhitungan dana pensiun banyak skemanya, karena banyak pula hal yang mempengaruhi hasil akhirnya seperti tingkat inflasi rata-rata, pertumbuhan ekonomi, karakter portfolio Anda, seberapa stabil gaya hidup Anda, dsb. Namun, saya akan mencoba memberikan kepada Anda rumus perhitungan yang paling sederhana:

Dana pensiun = pengeluaran rutin tahunan x 25

Mengapa dikalikan 25? Banyak orang mengira bahwa dengan perhitungan ini artinya seseorang dapat hidup secara financially independent selama 25 tahun lagi setelah pensiun. Namun, bukan itu alasan utama yang menjadikan rumus ini sesuatu yang ajaib.

Dengan mengalikan kebutuhan rutin tahunan Anda dengan 25, maka secara tidak langsung Anda sedang mengaplikasikan apa yang dikenal di dunia finance sebagai “the 4% rule.” Apa itu the 4% rule?

Dengan nominal yang Anda dapatkan dari rumus di atas, maka Anda dapat membiayai kebutuhan rutin tahunan Anda hanya dengan mengambil sebanyak 4% dari dana pokok pensiun (nest egg) Anda setiap tahunnya, dan dana ini tidak akan habis-habis hingga akhir hayat Anda. Yes, you read that right: TIDAK HABIS-HABIS.

Angka 4% ini dianggap sebagai tingkat pengambilan imbal hasil yang aman atau dikenal juga sebagai safe withdrawal rates (SWR).

IMPORTANT NOTE: Hasil perhitungan dikali 25 tadi adalah nilai uang di masa sekarang, sehingga nanti dalam perhitungannya Anda harus memperhitungkan inflasi dari jarak waktu awal Anda mulai berinvestasi hingga saat Anda mulai pensiun.

Karena dana ini tidak habis-habis, maka financial planners sering menggunakan istilah “dana abadi” untuk perhitungan semacam ini (walaupun perhitungan para financial planners biasanya lebih rumit karena memperhitungkan tingkat inflasi dan kemungkinan bunga deposito di tahun kita pensiun).

Layaknya semua ilmu di dunia kedokteran harus berbasis bukti (evidence-based), semua rumus di dunia finance pun harus berbasis bukti. Safe withdrawal rate sebesar 4% ini pertama kali diungkapkan oleh William Bengen di artikelnya yang berjudul “Determining Withdrawal Rates using Historical Data” di Journal of Financial Planning tahun 1994 (I bet this is the first time you heard of that journal). Empat tahun setelahnya, penelitian terhadap angka ini disempurnakan lagi melalui penelitian yang dikenal sebagai The Trinity Study.

Saya sampai susah-susah menceritakan sedikit sejarah dan penelitian di bidang finance ini untuk memperingatkan Anda bahwa jangan pernah berpikir hal-hal di dunia finance itu adalah hal yang asal-asalan dan sulit dipercaya (masalahnya para dokter seringkali merasa bahwa penelitian yang valid itu hanya di dunia kedokteran). There’s solid science behind every calculation.

Beberapa argumentasi mengenai the 4% rule

First and foremost, Anda perlu tahu bahwa pengalian dengan 25 di atas hanya merupakan estimasi dan bukanlah perhitungan yang pasti sampai ke pecahan terkecilnya. But it’s as close as you can get to a guide, and I personally think it has a real solid ground.

Begitupun dengan the 4% rule, banyak sekali argumen yang membantah validitasnya, sehingga saya akan jabarkan beberapa hal yang dapat memberi Anda pengertian mengenai hal ini. Penelitian-penelitian di atas dilakukan dengan asumsi:

  • Portfolionya terdiri dari 50% saham dan 50% obligasi (sebuah gambaran portfolio yang bisa dinilai konservatif)
  • Pertumbuhan market rata-rata per tahunnya adalah 7%, dan inflasi rata-rata per tahunnya adalah 3%, sehingga 7 – 3 = 4% (sebagai catatan, rerata return IHSG per tahun sejak tahun 1997 adalah sebesar 13,33%, sementara rerata return indeks obligasi  per tahun sekitar 7%)
  • Tanpa memperhitungkan biaya-biaya dan pajak-pajak yang biasanya memangkas nilai investasi kita

Kemudian permasalahan berikutnya adalah dengan mereka yang pensiun dini, karena beberapa sumber menyatakan bahwa the 4% rule ini hanya cukup untuk bertahan hidup financially independent selama 30 tahun.

Namun, menurut saya kita buang-buang waktu jika meributkan hal ini, karena semua asumsi ini adalah dengan anggapan bahwa kita tidak akan memiliki income sama sekali di masa pensiun kita tersebut. Sementara seorang dokter yang sudah menghitung semua ini dengan baik dan sudah mencapai tahap financial independence, saya kira bisa terus lanjut berpraktik (bahkan dengan hati yang lebih “plong” karena sudah tidak melakukan semua itu untuk uang), atau bahkan mulai mencari venture untuk mendapatkan income di bidang lain selain dunia kedokteran.

So just do your best to try to reach that target, and you will retire alright.

Studi kasus

Bilanglah Anda adalah seorang dokter spesialis berusia 33 tahun, baru lulus PPDS, dengan pengeluaran rutin per bulan 15 juta IDR.

Maka, kebutuhan rutin tahunan Anda = 15 juta IDR x 12 bulan = 180 juta IDR

Dana pensiun yang Anda butuhkan = 180 juta IDR x 25 = 4,5 miliar IDR

Ceritanya Anda menargetkan untuk pensiun di usia 60 tahun, sehingga jarak dari masa sekarang ke usia pensiun Anda adalah 27 tahun.

Bagaimana cara menghitung berapa yang Anda harus investasikan setiap bulannya?

(Revisi 23 Agustus 2020)

Di era industri 4.0 ini sangat mudah untuk menghitung berapa yang perlu Anda tabung per bulan untuk memenuhi target dana pensiun Anda, karena tinggal menggunakan kalkulator seperti ini. Tinggal masukkan data-data yang sudah Anda hitung di atas, serta mengasumsikan bahwa dengan portfolio 50% saham dan 50% obligasi Anda bisa mendapatkan imbal hasil minimal sebesar 7% per tahun (batas bawah, biasanya rerata lebih tinggi dari 7%), seperti gambar di bawah ini:

Maka akan Anda dapatkan hasil sebagai berikut:

Jadi nilai nominal yang harus Anda capai untuk dana pensiun 27 tahun lagi adalah sekitar 10 miliar IDR. Memang terlihat seperti gunung yang sangat tinggi, namun saat dikalkulasi mundur (mengaplikasikan rumus compound interest), maka sebenarnya yang perlu kita tabung (investasikan) setiap bulan hanya sekitar 10,5 juta IDR per bulan. Perlu diingat bahwa apabila ternyata imbal hasilnya lebih besar dari 7% per tahun setelah inflasi, maka sebenarnya dengan jumlah tabungan per bulan tersebut, waktu yang diperlukan untuk mencapai dana pensiun tersebut akan lebih singkat dari 27 tahun.

Looks feasible now, doesn’t it?

There you go! Inilah cara mudah untuk menghitung dana pensiun yang Anda butuhkan dan berapa yang perlu Anda tabung (investasikan) setiap bulannya mulai sekarang. Sehingga, Anda memiliki sebuah tujuan dan tidak menabung/berinvestasi tanpa arah.

Traktir saya segelas limun di hari Anda mencapai financial independence.


Apakah Anda selama ini menabung dan berinvestasi tanpa tujuan?
Apa yang menjadi kekhawatiran Anda dalam mempersiapkan dana pensiun?
Tinggalkan komentar di kolom di bawah.

Photo by Caroline Hernandez on Unsplash

www.domainesia.com

12 thoughts on “Cara Menghitung Kebutuhan Dana Pensiun”

  1. Ini artikel yg menggugah, agar melupakan prinsip hidup “ GITAR” alias Gimana Ntar .. dana pensiun di pikirkan semenjak pertama terima gaji !!! .. jika ini tidak d terapkan, bayangkan giman gusarnya d usia senja, ngoyo, bahkan bisa jadi mengganggu rejeki orang atas dasar “senioritas” … salam hangat

    Reply
  2. Andai kata rata-rata return investasi yang kita dapatkan dari saham dan obligasi sebesar 10% dan rata rata tingkat inflasi sebesar 4%. Apakah artinya saat nnti ketika pensiun bisa mengambil dana sebesar 6% dari dana pensiun yang telah diinvestasikan? Mohon pencerahannya dan Terima Kasih atas perhatiannya.

    Reply
  3. Dok, misal nih kita menginvestasikan untuk dana pensiun di 10% rdpu, 20% rdpt, dan 70% di rdi, dengan asumsi usia 60 tahun kita pensiun. Nah, dana yg sudah terkumpul saat usia 60 tahun itu dikemanakan? apakah ditarik semuanya dan dipindah ke deposito/rdpu ? Ataukah tadi kita atur ulang jadi 50% obligasi/rdpt, 50% rdi ? atau bagaimana? karena saya pikir kalau menetap terus di saham dg proporsi 70% takut anjlok gak sih? sementara kita kan usia segitu udah enggak mau ada resiko turun yg terlalu besar. Hatur nuhun jawabannya dok, terima kasih sudah meningkatkan awareness di kalangan dokter2 ^^

    Reply
    • Great question. Ada beberapa aliran:

      1. Cairkan semua dana pensiunnya lalu masukkan ke obligasi pemerintah. Hidup sehari-hari tinggal dari kupon obligasi.

      2. Ubah alokasi aset ke yang lebih konservatif, misalnya 30% saham 70% obligasi, atau 50-50.(NOTE: berabe kalau diubahnya pas lagi bear market dimana stocks nya lagi anjlok, jadi banyak jual rugi)

      3. Yang cukup ekstrim tapi menurut saya masih masuk akal: tetap stay dengan alokasi aset awal, pokoknya cairkan aja 4% tiap tahun, either sampai akhirnya habis atau kalau saat kita sudah meninggal ternyata sisa ya lanjut jadi uangnya keturunan kita.

      Hope that makes sense.

      Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Weekly newsletter

Suntikan literasi keuangan (dan kehidupan) mingguan di tengah kesibukan Anda!