dimitri-houtteman-bfFX9KZJvhQ-unsplash
Dissecting Money

Dissecting Money

DomaiNesia

Dissecting Money’s Legacy

Untuk apa dokter membuat blog tentang finance?

Sebuah pertanyaan yang sering ditanyakan ke saya adalah “Untuk apa seorang dokter spesialis membuat blog?  Apalagi tentang keuangan. Apakah tidak lebih baik konsentrasi ke praktik saja?” The answer is because it’s my, Dissecting Money’s legacy.

If you’re asking the same question while reading this, then you haven’t grasped even the slightest bit of idea of what I’m actually doing.

Di satu sisi memang pastinya karena saya merasa bahwa ada kebutuhan yang sangat mendesak untuk para dokter untuk dapat mengatur keuangannya dengan baik dan tidak terjebak di dalam gaya hidup, tetapi di sisi lain saya memiliki alasan yang lebih mendasar daripada itu.

Apakah waktu saya yang seharusnya lebih baik untuk istirahat di sela-sela praktik jadi termakan lebih karena mengurus blog ini? Pastinya.

Apakah karena pada akhirnya blog ini akan menghasilkan income untuk saya? Not even close.

Apakah semua ini sekedar untuk personal branding? Well, a little bit.

Tapi alasan utama saya membuat blog ini adalah:

because Dissecting Money is my legacy.

Unloading your mind

Pernahkah Anda menjalani hari-hari di mana terlintas satu atau dua buah pikiran yang menurut Anda sepertinya dapat bermanfaat jika kita sampaikan untuk orang lain, namun karena kita segera kembali ke rutinitas kehidupan kita (bekerja, praktik, belajar, dsb), buah pikiran tersebut melayang dan pergi entah ke mana?

Pikiran-pikiran macam itulah yang selalu saya coba tangkap (by taking notes) dan jadikan bahan untuk bercerita kepada sejawat sekalian.

Blogging is my way of unloading things off my mind and putting it on paper (I think of the internet as an infinite sheet of paper for me to write on).

It keeps my head light, and therefore I can continue and do my daily routines as usual.

Harimau mati meninggalkan belang

Pastinya sejawat sudah pernah mendengar peribahasa ini dan sudah memahami artinya.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.

Pada saat seorang dokter pergi meninggalkan dunia ini, apa yang ditinggalkan olehnya untuk dunia ini? Uang, harta kekayaan dan/atau warisan? Kemungkinan besar, jika yang bersangkutan mampu mengatur keuangannya dengan baik. Tapi itupun sifatnya sementara dan akan habis pada akhirnya kecuali generasi di bawahnya juga memiliki literasi finansial yang sama. Pada kasus-kasus tertentu malah yang ditinggalkan bukan uang tapi malah utang. Yes, don’t ever forget that your debt will continue to haunt your family even when you have already left this world.

Anyway, jadi salah satu tujuan mendasar saya membuat dan mempertahankan blog ini adalah sebagai warisan/legacy dari saya untuk dunia kedokteran. I may not be smart enough to leave behind a Nobel Prize for having done an extraordinary research, but hey, at least I’m leaving something.

Sebagai tambahan, dengan perlahan-lahan membangun Dissecting Money ini sebagai sebuah legacy, I also get these 2 awesome points in the end:

  • (Hopefully) I will leave behind for my family: a big enough nest egg for them to invest and therefore continuing the work of compound interest.
  • I will leave behind my “notes” regarding physician finance that I hope will be read by the future generations of medical students and doctors, helping them in their financial journey. (If my descendants keep paying the hosting price per year, that is)

Terlalu muluk-muluk? Saya kira lebih baik punya mimpi seperti ini daripada menjalani hari-hari praktik tanpa tujuan.

Sejarah adalah kumpulan cerita yang tertulis

Jika dipikir-pikir lebih mendalam, semua sejarah merupakan kumpulan cerita yang dituliskan oleh seseorang/orang banyak. Asalkan memenuhi syarat korespondensi (dilaporkan oleh banyak saksi mata) dan koherensi (memiliki jalan cerita yang intinya sama), maka sesuatu layak dibilang sebagai sejarah yang valid.

Semua hal yang kita kenal sebagai sejarah, bahkan teks-teks keagamaan pada dasarnya adalah tulisan-tulisan orang zaman dulu yang kemudian ditemukan dan dianalisa, dan disimpulkan sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi dan berdampak kepada perubahan-perubahan di dalam dunia.

Well if you think of it, blogging’s doing exactly that. Just not on paper.

As near as 100 years from today, maybe people won’t go digging in the ground looking for historical paper scrolls anymore. They’d go look in the world wide web.

Jadi apabila Anda tidak menulis apa-apa di kertas, dan tidak menulis apa-apa di internet, kira-kira bagaimana caranya orang dapat mengetahui cerita Anda untuk ratusan tahun ke depan?

What’s your legacy?


Apakah Anda sedang memikirkan untuk menuliskan sesuatu yang mungkin dapat bermanfaat untuk orang lain?
What’s stopping you from leaving behind a legacy?
Tinggalkan komentar di kolom di bawah.

Photo by Dimitri Houtteman on Unsplash

www.domainesia.com

3 thoughts on “Dissecting Money’s Legacy”

  1. Good point. Whatever our occupation is, in whatever field; we may add our value and the world value by leaving a good legacy so knowledge and wisdom may live beyond our lives.

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Weekly newsletter

Suntikan literasi keuangan (dan kehidupan) mingguan di tengah kesibukan Anda!