green-leafy-plant-starting-to-grow-on-beige-racks-127713
Dissecting Money

Dissecting Money

DomaiNesia

Berinvestasi pada Diri Sendiri

Everyone thinks of changing the world, but no one thinks of changing himself.

Leo Tolstoy

Rule #1: The best investment you can make is in YOURSELF

Yup, bagi anda yang sudah memulai membaca buku-buku ataupun artikel finance pasti sudah tahu bahwa ini adalah kutipan dari Warren Buffet.

Saya baru saja bercengkerama dengan seorang kolega saya, yang sedang mengalami fase stagnan di dalam karirnya. Pernahkah anda merasakan hal yang sama? Di saat karir anda terasa lambat untuk maju, namun untuk mundur pun rasanya sudah terlalu jauh masuk di dalamnya. Familiar? I’m sure many of you can relate.

Tapi yang luar biasa dari kolega saya ini adalah beliau langsung menyadari bahwa di saat anda berada dalam posisi stagnan, sebetulnya itulah alarm dari diri anda sendiri untuk mengatakan: saatnya melakukan self-improvement.

Prinsip dasar ini terkesan sederhana, namun menurut saya banyak orang justru terjatuh karena kesederhanaannya. Sure, I want to invest in my own self. Yes, I want to improve myself. But how?

By the way, saya mengerti bahwa banyak dokter akan berpikir bahwa menghadiri seminar-seminar kedokteran, workshop di bidang masing-masing adalah sebuah investasi tersendiri bagi karir seorang dokter. Saya kurang setuju karena menurut saya itu bukanlah self-improvement, tapi sudah merupakan suatu kewajiban bagi seorang dokter untuk mempelajari terus bidang ilmu yang didalaminya, agar dapat memberikan pelayanan ke masyarakat dengan lebih baik lagi.

Namun konsep “investing in yourself” menurut saya justru berkaitan dengan hal-hal yang tidak berhubungan langsung dengan bidang ilmu pengetahuan yang kita dalami, sehingga kita keluar dari comfort zone dan mencoba untuk menjalani dan mendalami hal-hal baru.

Berikut adalah beberapa saran untuk pengembangan diri.

Olahraga

Sebuah hal yang sangat masuk akal, namun sangat jarang dilakukan oleh mayoritas dokter, dan menurut saya hal itu justru sangat tidak masuk akal.

Seorang dokter HARUS berolahraga secara rutin.

Anda telah menghabiskan waktu 5 tahun (bahkan lebih) untuk mempelajari bagaimana tubuh anda bekerja. Don’t take it for granted! (both your body and the knowledge)

Coba kita sejenak menempatkan diri kita sebagai pasien:

Apakah anda akan percaya seorang dokter yang overweight/obese menganjurkan anda untuk “berolahraga lebih banyak?”

I sure wouldn’t. Itu tidak ada bedanya dengan membeli sebuah tiket acara dari calo. Calo tersebut akan selalu mengatakan bahwa acaranya bagus, padahal dia sendiri tidak pernah melihat acaranya.

Olahraga rutin adalah investasi diri yang pertama dan terutama, karena untuk apa kita berinvestasi jika kita tidak hidup cukup panjang untuk menikmati hasilnya.

Tidak ada waktu? Semua orang kebagian waktu yang sama dalam sehari, yaitu 24 jam. Siapa bilang olahraga harus di gym? Tabata exercise untuk pemula hanya butuh waktu 4 menit di rumah! Apakah anda sama sekali tidak punya waktu 4 menit di rumah?

Start small.

…….oh, and STOP SMOKING! Seriously, you don’t need another lecture for this, do you?

Belajar bahasa asing

Salah satu hal yang membuat saya sangat bersyukur terhadap ayah saya adalah karena beliau terus mendorong dan “memaksa” saya untuk ikut kursus bahasa Inggris sejak SD. Dorongan itu baru berhasil saat saya kelas 1 SMP dan masuk ke sebuah kelas kursus bahasa Inggris, dan saya menjalani kursus tersebut sampai saya kelas 3 SMA.

And boy, it sure has taken me places.

Bayangkan pintu informasi yang akan terbuka jika anda menguasai satu bahasa lain. Seluruh literatur bahasa tersebut yang tidak memiliki terjemahan ke bahasa Indonesia bisa anda pelajari. Belum lagi jika bertemu dengan orang yang memang berbahasa asing dan anda menguasai bahasanya, networking anda akan terbuka sangat luas.

Tidak hanya bahasa asing, bahasa-bahasa daerah di negara kita ini pun patut untuk dipelajari. Pernahkah anda melihat sinar mata pasien yang berasal dari suku Jawa berbinar-binar ketika diajak berbicara dalam bahasa Jawa? Tembok mental yang sering memisahkan dokter-pasien dapat rubuh seketika jika anda menguasai bahasa asal orang tersebut. So, it is indeed an investment.

Ikut seminar non-kedokteran

Seperti disebutkan di atas, saya memegang teguh bahwa kunci utama untuk seorang dokter dapat melakukan self-improvement adalah mempelajari hal-hal yang di luar dunia kedokteran. Bukan berarti kita tidak berkembang di dalam keilmuan kita, namun seperti saya sebutkan di atas, tapi saya kira itu sudah merupakan kewajiban kita sebagai dokter. If you’re improving in your field of study, that’s not doing something special, it already is your obligation to do so.

Belajar finance.

Belajar musik.

Belajar hukum.

Belajar web design.

Belajar memasak.

Belajar public speaking.

There’s a whole wide world out there, mate!

Ikut webinar/online lecture

Jika anda merasa tidak punya waktu dan tenaga yang cukup untuk menghadiri sebuah seminar, minimal ikutlah dalam webinar. Anda hanya butuh komputer/laptop dan sambungan internet, dan ilmu pengetahuan diantarkan langsung ke tempat di mana anda berada.

Sebuah FK di Australia pun bahkan sudah mengambil langkah yang menurut saya sangat fenomenal dan sesuai dengan perkembangan industri 4.0, yaitu menetapkan seluruh kuliah umum untuk mahasiswa kedokteran diadakan online dan dapat dihadiri oleh mahasiswa melalui laptopnya di rumah. Skeptis? Tentu saja wajar. Saya pun jenis orang yang kolot dan masih menghargai bentuk kuliah fisik.

Namun di sisi lain cobalah mengerti apa yang didapatkan dari perubahan radikal tersebut: di saat yang bersamaan kurikulum FK tersebut menetapkan bahwa rotasi klinik (yes, co-ass) dapat dimulai di tahun pertama kuliah kedokteran, dan dapat mulai diarahkan sesuai peminatan masing-masing mahasiswa. Bayangkan kualitas dokter yang akan dihasilkan oleh FK tersebut.

The world is changing in its way of sharing knowledge. We should start changing, too.

Biasakan dengar podcast

Apakah anda masih terbiasa mendengarkan musik/radio di perjalanan ke tempat praktik dan kembali ke rumah? Coba ubah kebiasaan itu dengan mulai mendengarkan podcast.

Sebagai contoh, podcast-podcast mengenai personal finance rata-rata hanya berdurasi 30-40 menit (kurang-lebih sama dengan waktu berkendara kita dari satu tempat ke tempat lain). Dari mendengarkan musik/radio, paling yang anda ingat hanya bagian lirik yang paling keci (catchy). Sedangkan jika dibandingkan dengan self-improvement yang anda dapatkan melalui pembelajaran podcast di durasi waktu tersebut? Priceless.

Sedikit tips dari saya: mulailah jogging/running sambil mendengarkan finance podcasts instead of songs. I do it all the time, and you’ll be amazed how much it takes your attention off how tired you are.

Dengarkan podcast Dissecting Money:


Pesan terakhir dari saya: peningkatan kompetensi seorang dokter sudah seharusnya diikuti oleh peningkatan kemampuan investasinya.

Selamat memulai perjalanan self-improvement anda!

Next blog post: We’ll get real and start talking about the magic of compound interest.

Start improving with us. Sign up for our newsletter:

www.domainesia.com

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Weekly newsletter

Suntikan literasi keuangan (dan kehidupan) mingguan di tengah kesibukan Anda!