alvaro-serrano-hjwKMkehBco-unsplash
Picture of Dissecting Money

Dissecting Money

DomaiNesia

A Letter for Residents

Two roads diverged in a wood, and I-

I took the one less traveled by,

and that has made all the difference.

Robert Frost

Photo by Álvaro Serrano on Unsplash

Sejak saya mulai mendalami dunia finance, khususnya dalam hal investasi, ada satu pertanyaan yang sering muncul di benak saya: Apa kira-kira yang akan terjadi, kalau saya sudah mengetahui semua ini bertahun-tahun yang lalu?

Pertanyaan tersebut tentunya muncul hanya sebagai rasa penasaran, tidak ada sedikit pun rasa penyesalan akan hal itu, saya selalu bersyukur bahwa saya sudah mengetahui ini sekarang.

Namun, banyak adik-adik kita sekarang yang masih mahasiswa, masih internship, dan terkhusus untuk teman-teman yang masih residen (menjalani program pendidikan dokter spesialis), yang menurut saya merupakan salah satu periode tersulit di dalam kehidupan saya. Maka saya ingin berpesan kepada teman-teman residen yang masih berjuang.

Izinkan saya menyampaikan ini dalam bentuk pengandaian, sebuah surat yang, jika saya bisa, ingin saya kirimkan ke diri saya saat masih residen dulu.


Dear my younger self,

Kurangilah rasa kuatirmu.

Kurangilah keluh-kesahmu.

Semua akan baik-baik saja.

Kamu sudah mengambil langkah untuk belajar menjadi dokter spesialis, dan semua pengalaman itu bahkan lebih berharga daripada ijazah spesialis itu sendiri.

Belajarlah sedikit lebih sering.

Jangan terlalu bersedih karena keseharianmu tidak diganjar bayaran.

Percayalah, investasi terbesar dari seorang residen adalah menyelesaikan pendidikannya.

Jika kamu sedang pergi ke toko buku, lewati dulu bagian buku-buku fiksi, mampirlah sejenak ke bagian buku finance, dan belilah salah satu buku best-seller di sana. They’re not that bad!

Bacalah blog-blog mengenai personal finance dan investasi, sangat banyak dan informatif.

Perhatikan dan catat pengeluaranmu setiap bulan, ketahui setiap sen yang keluar dari dompetmu pergi ke mana.

Berlatihlah untuk menabung 1/5 dari uang jajan bulananmu.

Kurangi jajan teh botolan, sebotol air putih dari rumah akan selalu lebih baik.

Setiap ada uang tambahan dari stase luar, belilah satu hal yang kamu inginkan, dan tabung sisanya.

Jangan lupakan sumbangan untuk orang lain, uang itu hanya dititipkan kepadamu.

Mulailah percakapan mengenai dana pensiun dengan orangtuamu.

Pastikan mereka memiliki asuransi kesehatan yang baik.

Call them randomly. Say you love them.

But all in all,

even if you didn’t do all these.

You did well.

– A specialist,

because of you.


Apakah Anda juga seorang residen dan merasa butuh pengetahuan keuangan?
Tinggalkan komentar di kolom di bawah or text me melalui icon di kanan bawah.

www.domainesia.com

14 thoughts on “A Letter for Residents”

  1. Ketemu blog & podcast dokter pas awal punya gaji dari freelance (masih koas & blm lulus ?). Saya merasa terbantu sekali karena bisa save sedikit2 dan invest di RDI meskipun kiri kanan bisikan trading kuat. Dokter jg, terim

    Reply
  2. Hi dok terimakasih unk blog ini, dok sy baru keterima untuk menjadi residen di salah satu prodi yg terbilang cukup berat dimana usia sy yg sudah tdk cukup muda. Sy ibu dari 2 org anak dan berasal dari salah satu daerah terpencil, sy harus meninggalkan keluarga terutama 2 anak sy yg kecil demi masa depan mereka kelak. Tetapi sy sangat takut dok menjalani dunia residensi lebih tepatnya sy bingung harus bagaimana beradaptasi dan tidak jarang sy meragukan diri sy sendiri dok karna sy merasa lebih lambat di banding teman2 sy seangkatan dalam hal pekerjaan maupun ingatan dan juga sy merasa minder karna sy selama ini pekerjaan sy adalah seorang ibu dan juga dokter umum jujur sy takut ketinggalan bahkan di keluarkan dari dunia residensi dok, Mohon sarannya dokter dalam menghadapi dunia residensi bagi kami yg berasal dari daerah dan bagaimana sy harus menjalani dunia ini dg sebaik2nya dokter sehingga sy bisa mengikuti ato berhasil dalam menjalani dunia ini… sy sangat takut dokter akan kemampuan sy apa bisa mengimbangi dunia residensi..

    Reply
    • Hi dok, kalau menurut saya menjalani residensi itu kita sebaiknya tidak berpikir terlalu panjang dok, berpikir dari hari ke hari saja: bagaimana saya akan melewati hari ini, masalah besok biarlah untuk besok. Lebih lambat dari yang lain itu tidak masalah, residensi bukan seperti lari sprint kok, yang penting tiba di tujuan dok. Yang penting terbuka terhadap teman-teman satu angkatan dengan masalah yang kita hadapi, niscaya semuanya akan saling bahu-membahu.

      Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Weekly newsletter

Suntikan literasi keuangan (dan kehidupan) mingguan di tengah kesibukan Anda!