christian-dubovan-Y_x747Yshlw-unsplash
Picture of Dissecting Money

Dissecting Money

DomaiNesia

Cara Menghadapi Tukang Ngutang

Hanya soal waktu sebelum suatu hari teman lama atau keluarga yang sudah lama tidak bertemu menghubungi Anda dan mengajak Anda “ngopi,” dan bahkan sebelum Anda menyeruput kopi Anda, keluarlah pertanyaan tersebut: “Apakah kamu bisa meminjami saya uang?” Dan setelah hari itu berlalu, Anda baru menyadari dari teman-teman lain bahwa oknum tersebut memang merupakan “tukang ngutang.”

Sounds familiar?

Of course.

Either you’ve been through that kind of situation, or you’re just simply not old enough.

Atau Andalah si tukang ngutang tersebut (kidding!)

Pada artikel ini, saya akan membahas mengenai bagaimana seharusnya kita menghadapi si tukang ngutang.

First thing first

Debt is a behavioral problem, NOT a money problem.

Read that again.

Utang adalah sebuah masalah perilaku, bukan masalah uang. Sehingga, jangan pernah merasa bahwa seorang tukang ngutang akan selesai masalah keuangannya pada saat dia sudah mendapatkan sejumlah uang yang dia harapkan dia dapat miliki. Percayalah, cepat atau lambat akan ada masalah keuangan baru yang menyusul.

Mengapa hal ini harus dipaparkan terlebih dahulu? Karena dengan demikian kita bisa lebih memahami apa yang menjadi dasar seseorang yang dahulu kita kenal sebagai orang yang baik-baik saja, tetapi karena satu dan lain hal di dalam proses hidupnya, berubah menjadi seorang tukang ngutang. Lalu kita juga dapat mengerti kenapa orang yang sudah terjerat dalam jebakan utang ini sulit sekali untuk “sembuh.”

Orang jatuh ke dalam jebakan utang biasanya bukan karena yang bersangkutan tidak mengerti matematika, tetapi karena masalah perilaku atau mental yang sudah rusak. Dengan mengerti hal ini, artinya satu-satunya jalan keluar untuk tukang ngutang adalah lebih ke revolusi aspek psikologis, bukan keuangannya.

Now that we’ve got that out of the way, sekarang saya akan menjabarkan beberapa hal untuk menghadapi atau menghindari tukang ngutang.

Jangan pamer di media sosial

Some people really don’t think about how posting on social media can really impact our life significantly.

And guess what they’ll find?

  • You and your wife posing in front of your new European car (which you bought on credit).
  • Your quarterly holiday to Bali with the wife and kids.
  • Your son’s Air Jordans (yes, plural).
  • A Chanel bag beside a fancy cup of coffee.
  • A watch-winder with your new Breitling watch.

Dan kemudian mereka akan berpikir: “Hmmm, teman lamaku si dokter ini pasti sangat baik kehidupan keuangannya. Pasti dia bisa meminjamkan uangnya sedikit saja.”

Dan kemudian Anda akan berpikir bahwa Anda adalah korban di dalam cerita ini.

Nope, you did it to yourself.

You invited them into your financial life.

Jadi, hentikanlah memamerkan kehidupan Anda di media sosial demi pandangan orang lain tentang Anda. It does you more harm than good.

“Errr, but it’s like a photo album that I will embrace forever…..”

Get a polaroid. And a polaroid photo album.

Terlalu memakan tempat? Belilah digital photo frame.

Katakan “tidak”

Dan maksud saya dengan mengatakan “tidak” adalah: “TIDAK, TITIK.”

Jangan mencoba menjawab dengan “Saya sedang tidak dapat meminjamkan uang sekarang ini.” Mengapa? Karena ini meninggalkan ruang bahwa suatu saat nanti Anda mungkin akan dapat meminjamkan uang. Sehingga yang terjadi adalah si tukang ngutang ini akan menaruh di kalendernya untuk kembali menanyakan Anda di bulan berikutnya.

Pun jangan menjawab dengan kebohongan, karena sejak kapan kebohongan pernah membawa suatu hal yang baik untuk kita? No, don’t revert to lies.

Just. Say. NO.

Atau bilang sesuatu seperti “Saya memiliki kebijakan untuk tidak akan pernah meminjamkan uang ke teman ataupun keluarga.” Ini bukan suatu kesombongan, tetapi menunjukkan bahwa Anda memiliki integritas dan disiplin dalam hal keuangan, something that he/she clearly doesn’t have.

And leave the conversation, delete or block their contact details on your phone.

What if he/she is within my closest circle of friends? Doesn’t matter, do it anyway.

Mengapa? Karena kita sudah diajarkan mengenai hal ini berulang-ulang sejak kita duduk di Sekolah Dasar:

Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.

Tawarkan hal lain yang dapat membantu

Jika Anda betul-betul masih peduli dengan masalah keuangan sang tukang ngutang tersebut, maka Anda dapat menunjukkan kepedulian itu tanpa memberikan uang kepadanya. Beberapa hal yang dapat Anda lakukan:

  • Memberikan tips pengelolaan anggaran/budgeting
  • Memberi rekomendasi financial planner atau konselor kredit yang dapat membantu
  • Mengarahkan ke kesempatan untuk mencari tambahan income (catatan: sebaiknya di luar lingkup pengaruh Anda)

Jika Anda sudah menawarkan semua hal itu dan si tukang ngutang menapisnya dengan cepat, maka semakin jelas bahwa dia sama sekali tidak memiliki perilaku maupun mental yang sungguh-sungguh untuk keluar dari jebakan utang.

They don’t need the money, they need a wake-up call.

Berikan saja uangnya

Wait, what?

Ya, salah satu hal (terakhir) yang bisa Anda lakukan adalah tidak memberi pinjaman, tapi berikan saja uangnya dengan penuh kerelaan, tanpa berharap uang tersebut akan kembali.

Akan tetapi, Anda betul-betul harus dengan tegas menyatakan bahwa “this is strictly a one-time gift, and that’s it.” Anggap saja ini merupakan tindakan amal Anda di bulan tersebut.

Dan pastikan bahwa uang yang Anda keluarkan adalah dari pos “keinginan” dan bukan pos “kebutuhan,” sehingga tidak akan mengganggu anggaran rutin bulanan Anda.

And do make sure you tell your spouse about it!

Don’t even waste one second thinking/guessing about what he/she’s going to do with the money, it’s none of your problem anymore.


There you go, docs.

Not a comfortable situation to be in, but sooner or later you’ll be in that coffee shop, thinking about what to say.

And now you know what to say.


Apakah Anda pernah mengalami hal seperti ini?
Bagaimana cara Anda menghindari tukang ngutang?
Tinggalkan komentar di kolom di bawah.

Photo by Christian Dubovan on Unsplash

www.domainesia.com

4 thoughts on “Cara Menghadapi Tukang Ngutang”

  1. Sedang di fase itu dok, kadang bingung kenapa kok bisa ya orang tega pinjem duit ke saya, padahal statusnya saya yatim, belum kerja tetap (hanya freelance serabutan), belum menikah dan ga pernah jalan-jalan. Sementara yang meminjam tuh keluarganya masih lengkap, punya kerjaan tetap, punya suami/istri dan sering jalan-jalan.

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Weekly newsletter

Suntikan literasi keuangan (dan kehidupan) mingguan di tengah kesibukan Anda!