ravi-roshan-_AdUs32i0jc-unsplash
Dissecting Money

Dissecting Money

DomaiNesia

Harga Jiwa Seorang Dokter

Bukan tentang COVID-19

Nope, artikel ini tidak akan membahas mengenai jiwa seorang dokter dalam hubungannya dengan COVID-19. Pada artikel ini saya akan membahas sebuah pertanyaan yang seringkali ditanyakan kepada saya: kapan, mengapa dan untuk apa seorang dokter butuh asuransi jiwa?

Sebenarnya pada prinsipnya asuransi jiwa dibutuhkan untuk setiap orang, bukan hanya dokter saja. Namun, masalahnya adalah bahkan di kalangan dokter saja masih banyak yang tidak bisa membedakan antara asuransi dan instrumen investasi. Lebih parahnya lagi, masih ada yang menggunakan istilah “menabung asuransi,” yang saya tidak pernah pahami asalnya dari mana.

So, let’s get it done once and for all. Crash course on life insurance for doctors.

Apa itu asuransi jiwa?

Asuransi jiwa merupakan sebuah perjanjian dalam bentuk kontrak (polis) dimana sebuah perusahaan asuransi akan membayarkan uang pertanggungan apabila yang tertanggung kehilangan nyawanya akibat hal yang wajar (contoh yang tidak wajar: bunuh diri, dalam peperangan, dibunuh anggota keluarga sendiri, dsb).

Pretty straight forward, I guess.

Your family get money when you die.

Siapa yang memerlukan asuransi jiwa?

Anda membutuhkan asuransi jiwa, jika Anda termasuk salah satu dari beberapa jenis orang di bawah ini:

  • Memiliki anggota keluarga yang hidup dari gaji Anda (baca: tanggungan): suami/istri/anak/orang tua/siapapun
  • Memiliki utang yang belum lunas

Mengapa jika kita memiliki tanggungan artinya kita membutuhkan asuransi jiwa? Karena kematian itu sendiri sejatinya adalah sebuah risiko yang harus kita perhitungkan: apa yang akan terjadi terhadap tanggungan-tanggungan saya apabila kematian saya tiba? Karena jika dipikir-pikir lagi, apakah ada seseorang yang berangkat dari rumahnya dengan keyakinan penuh bahwa dia akan tetap pulang pada hari tersebut? Tentu Anda bisa saja berpikir bahwa urusan dunia setelah Anda “berangkat” bukanlah urusan Anda lagi. But then, yeah, you must be a selfish brat.

Begitu pun jika kita memiliki utang yang belum lunas. Mengapa? Karena Anda boleh saja “berangkat” ke dunia setelah kematian dengan tenang, namun utang Anda akan terus menjadi kewajiban yang harus dipenuhi oleh anggota keluarga yang Anda tinggalkan.

Saya kira Anda bisa dibilang tidak membutuhkan asuransi jiwa jika Anda memenuhi kriteria berikut:

  • Anak Sultan (tapi tetap pastikan anak dan istri/suami Anda dapat hak atas harta keluarga jika Anda kenapa-kenapa)
  • Memiliki dana darurat sejumlah 25 x pengeluaran rutin tahunan
  • Vampir yang hidup selamanya

Sehingga berangkat dari beberapa contoh di atas saja, saya kira aman untuk menganggap bahwa:

Hampir semua orang membutuhkan asuransi jiwa.

Apa saja jenis asuransi jiwa?

Berdasarkan sifat dari asuransi itu sendiri, pastinya dibagi menjadi 2 grup besar:

  • Asuransi tradisional/murni
  • Unit-linked (dibalut dengan investasi)

I hate unit-linked insurance, and I never see any reason why one would like it.

Kemudian berdasarkan durasi polis dari asuransi itu sendiri, dibagi lagi menjadi 2 grup besar:

  • Asuransi jiwa berjangka/term life insurance
  • Asuransi jiwa seumur hidup/whole life insurance

Menurut saya, kita hanya membutuhkan asuransi jiwa berjangka, karena pada umumnya yang mau diamankan oleh setiap keluarga adalah bahwa apabila terjadi sesuatu dengan pencari nafkah utama, maka pasangan dan anak-anaknya bisa menanggung biaya hidup paling tidak sampai anak terkecil lulus kuliah dan mendapat gaji sendiri (asumsinya setelah itu jika pasangan kita tidak bekerja, bisa anak-anak kita yang membiayai kebutuhan hidupnya).

Ada satu jenis asuransi jiwa lagi dengan tipe endowment, dimana asuransi ini memiliki efek hedging/lindung nilai dimana jika kita tidak meninggal sampai waktu tertentu (sesuai polis) maka kita bisa mendapatkan sejumlah dana yang sudah disepakati. Menurut saya asuransi jiwa jenis ini hanya akan menarik bagi orang-orang yang tidak mengerti dan tidak mau mendalami mengenai finance, karena begitu mendengar “lindung nilai” saja sudah seperti kerbau yang dicucuk hidungnya karena tidak mau uangnya hangus. Padahal jika dihitung-hitung lagi, jika kita bisa menginvestasikan sendiri dana dengan nilai yang sama, kita akan mendapatkan imbal hasil yang lebih banyak sekitar 50% dari apa yang biasanya dijanjikan oleh perusahaan asuransi.

Jadi, jika Anda adalah seorang dokter yang ingin memiliki kejelasan tentang apa asuransi apa yang Anda miliki, maka yang Anda butuhkan hanyalah asuransi jiwa berjangka tradisional (term life insurance).

NEWS FLASH: there will be NO INVESTMENT involved whatsoever.

Bagaimana cara menghitung jangka waktu dan uang pertanggungan?

Karena namanya asuransi jiwa berjangka, maka Anda perlu menetapkan berapa jangka waktu Anda memerlukan pertanggungan sampai akhirnya polis berakhir. Cara menentukannya adalah dengan menghitung:

Berapa jarak waktu dari sekarang ke perkiraan anak terkecil Anda selesai kuliah S1?

Mengapa? Karena asumsinya setelah itu berarti seluruh anak-anak Anda sudah akan mapan dan memiliki pendapatan sendiri dan bisa melanjutkan hidup mereka dengan tenang. Jangka waktu yang bisa dipilih untuk durasi polisnya biasanya dalam kelipatan 5 tahun: 5, 10, 15, dan 20 tahun. Tinggal pilih saja mana yang cukup untuk menutupi durasi waktu yang sudah dihitung tadi.

Jadi artinya setelah jangka waktu tersebut lewat, polis tersebut ditutup dan jiwa kita tidak ditanggung lagi? Tidak masalah, karena anak-anak kita sudah mapan, kecuali kita memiliki utang yang jumlahnya masih cukup besar (biasanya kredit pemilikan rumah), maka practically Anda tidak membutuhkan proteksi dari asuransi jiwa lagi.

Kemudian untuk menghitung uang pertanggungan (UP) yang kita butuhkan, cara menghitungnya juga ada beberapa metode, namun metode yang paling sederhana adalah:

UP = pengeluaran rutin tahunan x 25

Kembali lagi sedikit mengenai pentingnya budgeting: bagaimana Anda bisa menghitung keperluan uang pertanggungan untuk asuransi jiwa jika pengeluaran rutin bulanan Anda saja Anda tidak tahu berapa jumlah persisnya.

Di titik ini biasanya banyak orang salah kaprah mengira bahwa artinya dengan jumlah demikian maka keluarga yang ditinggalkan bisa hidup selama 25 tahun. DEAD WRONG!

Jika Anda perhatikan, maka rumus ini sama dengan perhitungan “dana abadi” untuk dana pensiun dan “the 4% rule.” Selanjutnya pasangan atau siapapun pihak yang kita tinggalkan tinggal mencairkan uang pertanggungan tersebut dan menginvestasikannya ke sebuah instrumen investasi dengan rerata return 7% per tahun saja, dan mereka sudah bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka bahkan tanpa harus bekerja.

THAT’S what I call “rest in peace.”

CATATAN: Ini berarti begitu kita menerima polis asuransi jiwa sebagai pencari nafkah utama, kita betul-betul harus duduk dan menerangkan kepada pasangan atau bahkan anak-anak kita mengenai tempat kita menaruh polis, apa isi polis dan bagaimana cara untuk mencairkan uang pertanggungannya. Hal ini terkesan remeh namun seringkali diabaikan oleh orang-orang. Percuma Anda memiliki uang pertanggungan miliaran kalau suami/istri Anda bahkan tidak mengetahui di mana letak buku polisnya dan bagaimana cara mencairkan uang pertanggungannya. Terlebih lagi, Anda juga harus menjelaskan dengan detil apa yang seharusnya dilakukan terhadap uang pertanggungan yang cair tersebut, sebagai contoh: untuk dimasukkan ke dalam instrumen obligasi dengan return 7% per tahun (kalau perlu dicatat).

Fungsi lain dari asuransi jiwa

Jika Anda sudah memiliki asuransi jiwa untuk tujuan memenuhi kebutuhan keluarga kalau Anda tiada, maka masih ada beberapa fungsi lain dari asuransi jiwa yang ada baiknya Anda pahami juga.

Instrumen untuk melunasi utang

Paling sering dalam hal utang berjumlah besar: biasanya kredit pemilikan rumah (KPR) atau utang usaha. Misalnya jika Anda sudah berusia cukup tua (sehingga risiko untuk kematian pastinya lebih tinggi), maka Anda dapat mengatur uang pertanggungan dari asuransi jiwa untuk melunasi utang-utang tersebut di saat Anda sudah tiada, sehingga keluarga Anda tidak terbeban dan langsung bisa melunasi utangnya dengan dana lump sum.

Instrumen untuk menambah warisan

Fungsi  yang agak pointless menurut saya, karena semakin tua usia kita pastinya premi asuransi yang harus dibayarkan pun akan semakin mahal. Lagipula biasanya orang yang memiliki dana berlebih untuk bisa membayar premi asuransi jiwa di usia 70 ke atas biasanya hampir pasti sudah melek finansial dan sudah mempersiapkan warisannya dengan baik.

Live in peace, rest in peace

Saya harap dengan artikel ini Anda sudah lebih memahami mengapa asuransi jiwa adalah salah satu dari 3 asuransi yang wajib dimiliki oleh seorang dokter, dan merupakan fondasi sebelum seseorang memutuskan untuk berinvestasi.

Dengan memiliki proteksi asuransi jiwa, maka Anda dapat bekerja sehari-hari dengan tenang, karena Anda sudah mengetahui kalau terjadi apa-apa dengan Anda maka keluarga Anda dapat bisa melanjutkan hidup mereka dengan tenang tanpa perlu mengkhawatirkan masalah finansial.

Portofolio investasi Anda pun aman dan tidak akan terganggu, sehingga waktu akan berjalan dan compound interest akan bekerja sampai suatu saat pasangan Anda membutuhkannya untuk dana pensiun.

Apakah membayar asuransi jiwa murni berarti uang Anda hangus begitu saja?

Not exactly.

You paid for the protection.

You get a good night sleep knowing that your family’s secure even when you’re not around anymore.

And these days, a good night sleep without having to worry about money is a luxury for most doctors.


Apakah Anda sudah memiliki asuransi jiwa sebagai pencari nafkah utama?
Atau menurut Anda asuransi jiwa tidak sebegitu pentingnya?
Tinggalkan komentar di kolom di bawah.

Photo by Ravi Roshan on Unsplash

 

www.domainesia.com

6 thoughts on “Harga Jiwa Seorang Dokter”

  1. What an interesting topic doc!!
    Berarti kalau dalam posisi sebagai istri yang sama-sama mencari nafkah, baiknya juga diperlukan asuransi jiwa juga ya dok. It’s a new insight for me setelah baca artikel ini karena selama ini di keluarga saya yang ikut asuransi jiwa biasanya bapak sebagai kepala keluarga.
    Cuma saya masih bingung untuk pemilihan asuransi yang sesuai dan untuk membandingkan asuransi satu sama lain baiknya memperhatikan apa ya dok? Semoga ada artikel berikutnya yang membahas tentang ini.

    Thanks doc!

    Reply
    • Kalau pencari nafkah utamanya suami, sebetulnya tidak terlalu perlu sih dok. Kecuali kalau memang ada utang besar lain atas nama istri (misalnya KPR).

      Kalau untuk asuransi jiwa berjangka sebenarnya tidak banyak yang perlu diperhatikan dok, polis dan preminya mirip-mirip di antara perusahaan-perusahaan asuransi.

      Reply
  2. Makasih banyak dok buat materinya, untuk waktu memulai asuransi jiwa apakah sejak ada penghasilan tetap ataukah setelah ada tanggungan (anak – istri). Apakah asuransi jiwa dengan unit-linked bisa jadi pilihan apabila belum memiliki tanggungan ?

    Terima kasih dok

    Reply
    • Setelah ada tanggungan. Kalau belum ada siapa2 yang makan-minumnya bergantung dari pendapatan kita, tidak masalah untuk belum punya asuransi jiwa.

      Saya anti unitlink, jadi selamanya tidak akan jadi pilihan saya.

      Reply
  3. Nicely written.

    Just a little note, hidup ini ada yang perlu proteksi berjangka, ada yang permanen.

    Hate unit link gak apa-apa. Tapi salah satu orang yang membidani lahirnya unit link di Indonesia, punya personal experience yang menarik yang membuat produk ini memiliki manfaatnya sendiri.

    Jadi, pandai-pandai aja sih untuk lihat produk dan match up dengan kebutuhan. Kita gak bisa bilang iOS mutlak lbh baik drpd Windows kan?
    Even doctors pun, untuk spesialisaai yang sama, may have different advisory u tuk kasus yang sama.

    Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, dalam kelebihan kekurangan itulah seharusnya kita berada sehingga bisa pilih yang sesuai. Khususnya needs dan tujuan financial orang beda-beda, baiknya fokus ada disini, ketimbang kebencian akan suatu produk yang sebenarnya juga didasari kekurangpahaman. (Ini bisa dilihat dari argumen yang senantiasa bandingkan unit link dengan investment. Asuransi vs investment jelas tidak akan pernah comparable, meski ada produk 2 in 1, disana investment sudah punya purposenya).

    Pilah-pilah saja, hal mana dalam hidup ini yang temporer, mana yang permanen, mana yang perlu jaminan, mana yang tidak, dari situ barulah pilih produk yang tepat.

    Sebuah produk ada karena ada penyebabnya, dibuat dengan pertimbangan yang dilakukan pakarnya, peruntukkannya pun ada.

    Jangan mau kayak sapi dicocok hidung, karena nurutin kata si ini ono. Do your own research. In the end, yang advising gini gitu will do nothing tho kalau ada risk ke Anda dan keluarga?

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Weekly newsletter

Suntikan literasi keuangan (dan kehidupan) mingguan di tengah kesibukan Anda!