konstantin-evdokimov-UUYkTnQkn9c-unsplash
Picture of Dissecting Money

Dissecting Money

DomaiNesia

Menabung itu Tidak Ada Gunanya

Para pembaca setia blog ini tentunya sudah langsung memahami bahwa jika saya membicarakan mengenai “menabung,” maka yang dimaksud adalah uang yang disisihkan setiap bulan dan diinvestasikan. Namun, kali ini saya akan membahas mengapa konsep klasik menabung di rekening tabungan atau di celengan itu tidak ada gunanya.

Now that the title’s caught your attention, it’s time to put some sense into you.

Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa di dalam perencanaan keuangan yang baik ternyata menabung di rekening tabungan itu sangat kontraproduktif.

Karena bank pun tidak menyimpan uang Anda

What?!?!

You read that right.

Kesalahan klasik pandangan orang dalam hal menabung (termasuk saya dahulu) adalah menganggap bahwa menabung di rekening tabungan artinya ada sudut atau brankas tertentu di dalam gedung bank dimana terdapat setumpuk uang dengan label nama kita yang tidak akan disentuh-sentuh oleh orang lain selain kita. Jika kita mengakses rekening tabungan kita maka barulah sejumlah uang akan diambil dari tumpukan uang atas nama kita untuk diberikan kepada kita saat kita membutuhkannya.

No, my dearly beloved colleagues, it doesn’t work like that.

Pada saat kita membuka rekening tabungan dan menaruh uang di dalamnya, maka uang tersebut sudah berubah menjadi sederet angka saldo digital yang dapat dilihat di komputer/aplikasi, dan yang diberikan oleh bank adalah jaminan bahwa pada saat kita membutuhkan uang maka kita dapat mengambilnya dari bank selama jumlah saldo kita masih mencukupi.

Jadi sebenarnya uang nasabah dikemanakan? Well, of course diinvestasikan! Why? Because they know better about finances than most people do: uang yang diletakkan/mendekam di rekening tabungan itu TIDAK ADA GUNANYA.

Memangnya darimana menurut Anda bank mendapatkan uang untuk memberikan bunga deposito atau meminjamkan uang ke orang yang mengambil kredit? Hanya dari sekumpulan saldo rekening tabungan yang “diputar?” Think again. Of course they invest customers’ money to multiply it.

Bedanya dengan nasabah? Bank mungkin saja mendapatkan rerata return >10% setiap tahunnya dari  investasi mereka (dengan uang yang dititipkan oleh nasabah), sementara nasabah hanya mendapatkan return sekitar 1% dari rekening tabungan mereka.

That’s how banks and insurance companies make money. About time you realize this.

Karena sudah ada dana darurat

Bukankah kita sejak kecil sudah diperingatkan berulang kali untuk menabung supaya kita memiliki uang di saat ada kebutuhan yang mendesak?

Itulah gunanya kita mengumpulkan dana darurat terlebih dahulu di awal dari perjalanan investasi kita. Setiap orang membutuhkan dana darurat sebagai fondasi dari seluruh perencanaan keuangannya.

Jika kita sudah memiliki dana darurat dengan jumlah yang cukup, maka untuk apa lagi kita membutuhkan banyak uang di rekening tabungan atau di celengan? Kalau ada kebutuhan mendadak untuk kendaraan bermotor, ambillah dari dana darurat. Kalau ada anggota keluarga yang sakit dan tidak memiliki asuransi, ambillah uangnya dari dana darurat.

Pretty simple, right?

Amankan dulu nominal dana darurat yang Anda butuhkan, maka selanjutnya setiap “kelebihan” uang Anda harus diinvestasikan agar dapat mencari uang lagi untuk Anda.

Karena sudah ada asuransi

Selain dana darurat, hal terpenting lain yang akan menopang keuangan kita dengan kokoh adalah asuransi. Salah satu hal yang paling sering membuat kita merogoh sangat dalam ke dalam dana darurat yang kita miliki adalah alasan-alasan kesehatan kita (pribadi maupun anggota keluarga), karena perlu masuk rawat di rumah sakit, menjalani operasi, dsb.

Sehingga, asuransi kesehatan untuk kita pribadi dan seluruh anggota keluarga merupakan sebuah prasyarat untuk dimiliki setelah dana darurat, agar Anda dapat dengan santai ke depannya menginvestasikan seluruh uang yang dapat Anda tabung setiap bulannya.

Jangan dipikir terlalu sulit, sebenarnya dengan memiliki BPJS Kesehatan yang biasanya berlaku untuk satu kartu keluarga (KK), maka sebenarnya Anda sudah memiliki perlindungan kesehatan. Tinggal berikutnya apakah Anda mau mengikuti prosedur berobat sesuai dengan BPJS. Jika tidak, maka asuransi kesehatan dari perusahaan asuransi swasta mungkin perlu dipertimbangkan.

Karena digerogoti inflasi

Now, this is the obvious reason, yet I don’t get why people would still do it.

Masalah utama dari menaruh uang banyak di rekening tabungan adalah inflasi. Setiap sen uang yang tersimpan di rekening tabungan seperti sedang kita relakan begitu saja untuk digerogoti oleh inflasi.

Nilai uang 100 ribu IDR yang kita simpan di rekening tabungan akan memiliki nilai yang jauh lebih kecil 10 tahun lagi.

Begitu juga uang 10 juta IDR. Begitupun uang 100 juta IDR. Satu miliar IDR di rekening tabungan? Sama saja, tergerus oleh inflasi.

“Oh, tapi kan saya menaruhnya di deposito, sehingga tetap memberikan imbal hasil untuk saya.”

Guess what? Imbal hasil dari deposito setelah dikurangi pajak penghasilan (PPh) sebesar 20% tetap saja tidak akan mengalahkan laju inflasi.

Apalagi jika uang tunai disimpan banyak-banyak di celengan, di bawah bantal atau di brankas.

It’s like putting your money to prison, figuratively, where they can’t get out and work out there to get more money for you.

So why would you do that?

Karena bank tidak akan memberikan instrumen dengan imbal hasil yang mengimbangi bunga kredit

Kita masuk ke poin yang sedikit lebih teknis, tapi mudah-mudahan dapat sejawat terima dengan mudah.

Salah satu sumber pemasukan utama dari bank adalah melalui kredit/cicilan. Dengan memberikan kredit kepada peminjam, maka bank akan mendapatkan uang masuk yang konstan melalui bunga yang dibayarkan oleh peminjam.

Sekarang bayangkan jika Anda adalah pemilik tempat simpan-pinjam uang, dan Anda sedang memberikan pinjaman ke peminjam uang: apakah Anda akan membuat sebuah produk tabungan untuk peminjam yang imbal hasilnya dapat mengimbangi bunga dari kredit yang Anda tawarkan?

OF COURSE NOT!

Untuk apa saya sebagai pihak yang dititipkan uang memberikan imbal hasil dari simpanan (tabungan) sebesar 5% jika bunga dari kredit yang saya pinjamkan juga bunganya 5%? Sama saja berjalan di tempat. Sementara saya harus menggaji orang-orang yang bekerja di tempat penitipan uang saya.

Do you see how it works now?

Karena tabungan terlalu banyak akan memicu pengeluaran konsumtif

Alasan terakhir mengapa menurut saya menabung di rekening tabungan itu tidak ada gunanya adalah karena dengan memiliki jumlah tabungan yang angkanya terbilang “banyak,” maka seseorang akan lebih mudah terpicu untuk mengeluarkan uang untuk pengeluaran konsumtif.

Selama jumlah saldo di rekening tabungan masih mencukupi, seseorang akan lebih mudah bernegosiasi dengan dirinya di saat dihadapkan dengan pengeluaran untuk kebutuhan tersier yang sebenarnya tidak betul-betul dibutuhkan.

“Ah, toh uangnya masih tersisa cukup banyak di rekening tabungan.”

Lain halnya dengan zero-based budgeting yang seringkali saya bagikan untuk diterapkan di dalam personal finance seseorang: pada saat budgeting sudah selesai dilaksanakan, maka uang yang masuk sudah memiliki tujuannya sendiri-sendiri, termasuk ke investasi untuk jangka panjang (terutama dana pensiun). Sehingga ini “memaksa” seseorang untuk tidak keluar uang percuma lagi untuk pengeluaran konsumtif, karena memang sudah tidak tersisa lagi uang yang dapat dipakai untuk pengeluaran tersebut.

Kalau memang ada keinginan untuk membeli sesuatu yang sifatnya tersier, then I just put it inside my budgeting plan the following month and save some money every month to buy it later. So, no such thing as “tiba-tiba beli ini, beli itu.” Seringkali dengan melakukan demikian justru pada bulan-bulan-bulan berikutnya saya menyadari bahwa sebenarnya keinginan itu hanya “lapar mata” dan pada akhirnya uang tersebut pun saya investasikan lagi. I can reach my retirement date faster, and my kids in the future will not see me as a burden – everybody happy!

I can be sipping pina coladas with my wife on a beach somewhere, with my own money, in my 70s.

Some would say I’m being too tight about my own money.

I call it taking control of my own money and not letting it dictates me.


Apakah Anda masih rutin menabung di rekening tabungan?
Apakah menurut Anda menabung di rekening tabungan itu ada gunanya?
Tinggalkan komentar di kolom di bawah.

Photo by Konstantin Evdokimov on Unsplash

www.domainesia.com

8 thoughts on “Menabung itu Tidak Ada Gunanya”

  1. Dok dana darurat ini disimpan dimana sebaiknya?

    Apa dana darurat ini disimpan dalam bentuk instrumen investasi juga? Namun jika begitu malah ga liquid karena pencairannya cenderung lama.

    Apa di tabungan? Namun jika begitu sama saja membiarkan dana darurat itu terkikis biaya administrasi dan pajak2 yg bank terapkan tiap bulannya.

    Reply
  2. godaan terbesar saat liat saldo rekening, serta sindrom FOMO .. saya pun masi belajar utk disiplin , serta men set up budget tiap aa hobi baru.. walau berat .. thanks admin DM untuk asupan artikelnya yang bermanfaat

    Reply
  3. maraton baca blog nya, meskipun saya bukan dokter. Tapi blog ini membuka mata saya tentang literasi keuangan. Thank you so much, ditunggu konten’ menarik lainnya.

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Weekly newsletter

Suntikan literasi keuangan (dan kehidupan) mingguan di tengah kesibukan Anda!