vaclav-pechar-5c1byCK83C8-unsplash
Picture of Dissecting Money

Dissecting Money

DomaiNesia

Dokter dan Mobil Mewah

Hampir di setiap rumah sakit, kita akan melihat barisan mobil mewah yang terparkir di tempat parkir khusus dokter. Sehingga sewaktu masa residen pun saya berpikir bahwa itu akan menjadi salah satu tujuan saya dalam hidup, yaitu menjadi dokter yang memiliki mobil mewah yang punya slot parkir khusus di depan lobi rumah sakit.

Now I think that’s a stupid way of thinking, and I’ll let you know the reasons why I am now a sub-specialist and still driving my 2013 hatchback that my Dad bought me when I was just starting as a general practitioner.

(CATATAN: Saat saya menulis mengenai “mobil mewah,” bukan berarti mobil Porsche, Ferrari, McLaren atau sejenisnya yang biasa disewa oleh para influencers di Dubai, tetapi merujuk kepada hampir seluruh mobil yang berharga di atas 500 juta IDR)

Godaan besar

Hasrat untuk menjadi dokter yang menyetir (atau turun dari) mobil mewah pun tidak berhenti di masa residensi. Jika Anda sedang menjalani pendidikan dokter umum atau dokter spesialis, tinggal tunggu waktu dimana Anda melihat sebuah postingan Instagram story teman seangkatan Anda dimana beliau dan keluarganya sedang berfoto dengan mobil mewah baru yang baru sampai di rumah mereka dan sedang diturunkan oleh truk gendong. (Insert hashtag #hustler #doctor #specialist #cars)

Sehingga kemudian kita pun berpikir:

How can our financial lives be so different between me and him/her? Kami kan lulus bersama? Mengapa uang saya bahkan belum cukup untuk membeli mobil minibus second dengan kilometer rendah???

Relax, not everything is always what it seems.

Mungkin mereka hanya pura-pura kaya.

Ingat apa yang dikatakan oleh Morgan Housel di buku “The Psychology of Money” berikut ini:

“Wealth is the nice cars NOT purchased. The diamonds NOT bought. The watches NOT worn, the clothes forgone and the first-class upgrade declined. Wealth is financial assets that haven’t yet been converted into the stuff you see.”

Jadi jika Anda melihat postingan teman Anda yang baru saja membeli mobil mewah, ingatlah bahwa itu bukan berarti mereka kaya, itu hanya berarti bahwa mereka baru saja membeli pajangan parkiran rumah yang sangat mahal (NOT the same thing, not even close).

Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa menurut saya membeli mobil mewah adalah keputusan yang sangat tidak bijak bagi dokter, dengan alasan apapun:

1. Beban kepemilikan yang sangat tinggi

Memang mobil mewah pada awalnya datang dengan tag harga yang “premium,” sehingga mungkin kebanyakan dokter bisa saja mengira bahwa asal dia sudah mengumpulkan uang yang cukup untuk membelinya (atau untuk setor down payment), maka mereka berpikir bahwa “they’ve earned it” dan sudah selayaknya untuk membelinya. Sayangnya, pengeluaran dari membeli mobil mewah tidak berhenti di situ. Perawatan dan perbaikan untuk mobil yang relatif baru atau bahkan mewah bisa jadi jauh lebih mahal daripada model-model mobil standar karena spare parts yang spesial, teknologi, dan keharusan-keharusan tertentu di dalam perawatan. Belum lagi jika kita bicara mengenai asuransi mobil, dimana premi asuransi mobil mewah sudah pasti akan jauh lebih mahal untuk mengimbangi nilai mobil yang lebih tinggi dan ongkos perbaikan yang lebih mahal. Tambahkan lagi pajak sejumlah belasan atau bahkan puluhan, ratusan juta per tahun, apalagi dengan nomor pelat mobil yang individualized agar lebih terlihat keren lagi. Sebagai seorang dokter atau bahkan dokter spesialis yang baru saja lulus, pikir saja demikian: dana pendidikan untuk kuliah anak-anak saja belum terkumpul, masakan Anda sudah mau membeli mobil baru?

2. Depresiasi

Terlepas dari seberapa sukanya Anda terhadap sebuah model mobil, faktanya adalah mobil-mobil mewah harganya lebih cepat mengalami depresiasi (penurunan harga) dibandingkan mobil-mobil yang “kurang” mewah. Di industri otomotif, depresiasi harga mobil-mobil mewah bisa turun sampai 50% dari harga awalnya di dalam 3 tahun pertama kepemilikan. Ekstrimnya: begitu mobil mewah itu sudah lunas dibeli dan dikeluarkan dari showroom ke tempat parkir showroom, harganya sudah langsung turun. Ain’t that such a stupid thing to buy? Artinya, sudah menjadi sebuah keniscayaan bahwa harga mobil yang Anda beli akan semakin turun, sehingga bagi Anda yang peduli dengan membangun kekayaan untuk jangka panjang, keputusan membeli mobil mewah adalah sebuah keputusan yang tidak masuk di akal (dan di dompet). Investasi jangka panjang di aset yang sudah terbukti secara statistik dan historis akan mengalami apresiasi atau bertambah nilainya seperti reksa dana indeks akan menawarkan potensi imbal hasil yang jauh lebih nyaman dan aman.

3. Peluang yang hilang

Jika Anda sudah memahami mengenai compound interest, maka Anda sudah menyadari efek imbal hasil yang menggulung terhadap sejumlah uang yang nominal awalnya terasa biasa-biasa saja. Setiap rupiah yang kita gunakan untuk membeli mobil mewah merupakan “pekerja-pekerja” ulung dalam hal mencari uang lagi yang sedang kita “korbankan,” karena mereka tidak bisa lagi mencari uang untuk kita. Ini merepresentasikan peluang bagi sang investor untuk menumbuhkan uang tersebut seiring dengan waktu. Daripada menenggelamkan uang ke aset yang akan mengalami depresiasi, bukankah lebih baik jika uang tersebut disisihkan untuk dana pensiun, melunasi utang (jika ada), atau berinvestasi di kelompok aset yang produktif menghasilkan uang lagi? Dalam jangka panjang, memrioritaskan investasi yang dapat memberikan imbal hasil tentunya akan meningkatkan kesehatan finansial seseorang/suatu keluarga secara signifikan dan memberikan rasa keamanan finansial yang lebih baik, terutama saat memasuki masa pensiun dan sudah tidak bekerja lagi.

4. Utang vs tunai

Ingat kembali bahwa jika Anda melihat sejawat Anda menggunakan mobil mewah, belum tentu mobil tersebut sudah lunas. Kondisi Anda yang memiliki mobil bobrok tapi tidak harus membayar cicilan tentunya lebih nyaman untuk hati dan pikiran, walaupun tidak bisa dilihat dan disentuh oleh orang lain. Mengambil kredit atau utang untuk mencicil mobil tentunya menjadi opsi yang seakan-akan memudahkan kita untuk membeli mobil yang diidamkan, sehingga kita bisa “menyebar” biaya yang harus dibayarkan ke masa depan. Meski demikian, mengambil utang untuk membeli aset yang harganya pasti akan turun bisa jadi merupakan sebuah keputusan finansial yang berisiko tinggi. Tidak hanya itu, cicilan ini akan “memborgol” kita dengan borgol emas yang mengharusnya kita “menyunat” gaji kita setiap bulannya di bulan-bulan ke depan, tapi ada juga beban bunga yang akan menaikkan harga mobil tersebut dari harga yang sebenarnya. Sebagai gambaran, jika kita mengambil cicilan mobil dengan bunga 5% selama 5 tahun, maka total yang kita bayarkan adalah sejumlah 120% dari harga mobil sebenarnya. Why would you pay 20% more for something that will drop in price anyway? Kontrasnya, membeli mobil dengan uang tunai menghilangkan kebutuhan membayar cicilan bulanan dan tidak terbeban oleh bunga, sehingga kita akan memiliki kebebasan dan fleksibilitas finansial yang lebih. So if you can buy that car with cash and you can buy it 10 times with all your savings, then by all means: go buy it. Tapi jikalau Anda harus berutang hanya untuk merasakan bagaimana rasanya sehari-hari menyetir mobil tersebut, lebih baik cari mobil sewaan saja dan rasakan selama seminggu, mungkin pada akhirnya Anda pun akan menyadari bahwa mobil tersebut biasa-biasa saja.

5. Fleksibilitas keuangan

Dengan memilih untuk mengendarai mobil lain yang lebih praktis dan affordable, atau memilih untuk tetap menggunakan mobil lama kita, maka keputusan ini akan mempertahankan fleksibilitas keuangan kita, mengizinkan kita untuk “bernavigasi” menghadapi pengeluaran-pengeluaran mendadak atau mengunci kesempatan untuk berinvestasi jika ada peluang baru. It means we have options. Options are priceless. Options are only there if we have the money in hand. Dengan menghindari beban finansial dari mobil mewah, seorang dokter dapat mempertahankan cashflow yang sehat, membangun dana darurat, dan berinvestasi di aset-aset yang menghasilkan pendapatan pasif atau pertumbuhan imbal hasil jangka panjang. Ketangguhan finansial ini akan memberikan kita peace of mind sembari kita melanjutkan praktik/pekerjaan kita, dan memberikan kita kebebasan untuk mengejar tujuan-tujuan personal maupun profesional tanpa kekangan utang berlebih atau biaya kepemilikan mobil yang berlebihan.

Melihat ke belakang

Di keluarga saya sendiri (sebelum saya menikah), jika saya mencoba untuk menapak tilas kembali ke belakang, maka hampir setiap 5 tahun selalu ada mobil yang diganti dengan mobil lain (baik brand new maupun mobil second yang lebih baru dari mobil tersebut). Ironisnya, pada saat kuliah S1 saya mengharuskan saya untuk mengambil double-degree ke luar negeri dengan seluruh biaya kuliah dan biaya hidupnya selama setahun, I almost didn’t make it because according to my parents our finance was especially rough that year.

Now mind you, I’m saying this still with the utmost respect to my parents and their financial decisions, because in the end I think they did a great job. But I need context to emphasize this to you readers.

Bukankah tentunya situasi finansial tersebut akan terasa lebih nyaman apabila uang yang digunakan untuk gonta-ganti mobil setiap 5 tahun tersebut disimpan dan diinvestasikan di instrumen investasi jangka panjang? Toh saya yakin mobil yang diganti tersebut masih bisa “menggelinding.”

Sebagai kesimpulan, meskipun daya tarik dari mobil mewah akan sangat menggoda kita, terutama bagi dokter-dokter lulusan baru yang mau mulai menikmati buah tangan hasil kerja kerasa mereka, adalah sangat penting untuk memilih jalan ninja ini dengan hati-hati. Memrioritaskan kehati-hatian dalam mengambil keputusan finansial dibandingkan konsumsi berlebihan dapat menentukan kesuksesan dan keamanan uang kita dalam jangka panjangnya. Daripada kemudian kita berlutut dan menyerah terhadap daya tarik mobil mewah, seharusnya dokter-dokter lebih memfokuskan diri ke membangun kekayaan melalui menabung secara disiplin, berinvestasi dengan bijaksana, dan hidup below our means. Dan ketika membeli kendaraan, ingatlah: uang tunai adalah rajanya (cash is king).


Apakah Anda pernah tergiur untuk membeli mobil mewah?
Apa yang menyebabkan Anda jadi/tidak jadi membelinya?
Tinggalkan komentar di kolom di bawah.

Photo by Václav Pechar on Unsplash

www.domainesia.com

1 thought on “Dokter dan Mobil Mewah”

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Weekly newsletter

Suntikan literasi keuangan (dan kehidupan) mingguan di tengah kesibukan Anda!