element5-digital-T9CXBZLUvic-unsplash
Picture of Dissecting Money

Dissecting Money

DomaiNesia

Pemilu dan Investasi: Haruskah Kita Goyah?

Dalam sebuah percakapan dengan seorang sejawat belakangan ini, saya mendengar suatu pernyataan yang bukan merupakan sebuah pernyataan yang baru pertama kali saya dengan, tapi tetap saja cukup mengagetkan untuk didengar lagi. Beliau mengatakan bahwa karena perekonomian sedang goyah karena mendekati pemilihan umum (pemilu), maka sebaiknya uang di bank atau investasi kita dicairkan saja terlebih dahulu dan “disimpan di balik bantal.”

(Sepertinya hampir setiap tahun ada yang menyuarakan akan hal seperti ini)

Sehingga menjadi pertanyaan untuk kita pikirkan: apakah betul kita harus melakukan itu? Apakah orang-orang dulu melakukan itu pada tahun 2019, 2014, dan seterusnya ke belakang? Pun kalau orang melakukan hal tersebut, mengapa perekonomian masih berjalan lancar hingga sekarang terlepas dari ketakutan orang-orang setiap kali menjelang pemilu?

Apa tujuan dari investasi kita?

Di dunia ekonomi, ketidakjelasan akan masa depan seringkali menjadi topik utama menjelang pemilu (baik nasional maupun internasional). Pernyataan-pernyataan politis, janji-janji akan kebijakan, dan atmosfir akan terjadinya perubahan dapat membuat para investor menjadi goyah di dalam mengatur investasinya. Tetapi meskipun merupakan sebuah hal yang alami untuk merasa gelisah, adalah krusial untuk mengingat bahwa sebuah tujuan investasi yang terstruktur dengan baik seharusnya tetap tegar, terlepas dari suasana politik apapun yang melingkupi.

Sekedar pengingat, contoh dari beberapa tujuan investasi yang terstruktur dan tertulis adalah sebagai berikut:

  • “Memiliki dana pensiun sejumlah 11 miliar rupiah pada 1 Januari 2041, dengan cara menginvestasikan 20% setiap bulan dari gaji saya ke dalam portofolio yang terbagi menjadi 70% reksa dana indeks saham, dan 30% reksa dana pendapatan tetap yang berisi surat utang pemerintah.”
  • “Memiliki dana pendidikan untuk anak-anak sejumlah 5 miliar rupiah pada 1 Juli 2034, dengan cara menginvestasikan 10% setiap bulan dari gaji saya ke dalam portofolio yang terbagi menjadi 50% reksa dana indeks saham, dan 50% reksa dana pendapatan tetap yang berisi surat utang pemerintah.”
  • “Memiliki dana untuk membeli mobil listrik sejumlah 300 juta rupiah pada 1 Januari 2025 dengan menginvestasikan 25 juta setiap bulan ke dalam reksa dana pasar uang.”

Jelas nominalnya, jelas target waktunya, dan jelas cara yang akan digunakan untuk mencapai target tersebut.

Pertanyaan besarnya adalah: sudahkah kita menuliskan tujuan investasi tersebut? Atau kulkas kita hanya penuh dengan magnet gambar kota-kota di luar negeri yang sudah pernah kita kunjungi?

Standing strong

Berikut ini adalah alasan-alasan mengapa tujuan investasi yang terstruktur dan tertulis selalu akan terbukti tetap berdiri tegak setelah gelombang pemilu selesai:

  1. Tetap pada jalur

Sebuah tujuan investasi yang jelas dan tertulis akan menjadi peta untuk perjalanan kita menuju kemandirian finansial. Karena dengan memiliki perencanaan investasi, tujuan-tujuan finansial kita akan menjadi jelas, toleransi terhadap risiko terukur, dan strategi untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut pun tertulis dengan baik. Dengan tidak perlu memperhitungkan faktor eksternal seperti pemilu, dengan tetap berpegang pada tujuan investasi ini akan memberikan suatu stabilitas, rasa tenang dan keyakinan bahwa keputusan rencana investasi ini sudah didasarkan pada hal yang logis dan bukanlah emosi belaka. (Pre-frontal cortex dan bukan amygdala)

  1. Pandangan jangka panjang

Jika kita menilik pada sejarah bursa saham, maka sudah tidak terhitung berapa kali perekonomian bangkit dari periode keterpurukan, termasuk siklus-siklus politik sepanjang sejarah, dan tetap saja bursa saham yang mewakili kesehatan perekonomian negara ini terus bertumbuh dalam jangka panjangnya. Meskipun pemilu demi pemilu dapat menyebabkan volatilitas atau perubahan harga saham di jangka pendek, dampaknya terhadap bursa saham secara keseluruhan hanya bersifat sementara. Para investor yang memiliki pandangan jangka panjang akan selalu berada di posisi yang lebih baik untuk “mengendarai” fluktuasi harga ini dan pada akhirnya akan mendapatkan keuntungan dari betapa tangguhnya ekonomi.

  1. Data historis berbicara

Konon para dokter sangat percaya dengan data dan statistik. Dengan menilik data historis akan menanamkan lebih dalam lagi ke kepala kita bahwa pemilu nasional memiliki dampak yang sangat minimal terhadap bursa saham. Jika kita beralih sedikit dari pencarian jurnal-jurnal medis dan membaca jurnal-jurnal ekonomi, sangat banyak penelitian yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna untuk imbal hasil dari bursa saham di tahun-tahun biasa dan tahun-tahun dimana pemilu berlangsung. Pada konteks ekonomi nasional Indonesia pun menunjukkan bahwa pemilu tidak memiliki efek terhadap harga saham secara signifikan.

  1. Diversifikasi adalah kunci

Salah satu hal yang paling efektif untuk memitigasi volatilitas di bursa saham yang berhubungan dengan pemilu adalah dengan melakukan diversifikasi dalam kelas-kelas aset. Contoh perencanaan investasi di atas hanya menggunakan dua buah instrumen klasik: saham dan obligasi. Pada kenyataannya penentuan kelas aset ini tidak terbatas kepada dua instrumen itu saja dan tergantung dari pembelajaran sang investor masing-masing mengenai bagaimana menentukan pilihan alokasi aset di dalam portofolio tersebut. Dengan melakukan diversifikasi, maka risiko kerugian akan terbagi rata dan tidak akan terpengaruh hanya karena sebuah kejadian atau periode tertentu saja (contoh: pemilu, pandemi, dsb).

  1. Hindari jurang market-timing

Mencoba untuk “timing the market” atau menebak-nebak kapan harga saham akan turun (untuk membeli) dan kapan harga akan naik (untuk menjual) adalah sebuah usaha yang sangat berisiko. Investor korporat yang berpengalaman pun terbukti secara statistik tidak akan dapat memprediksi pergerakan bursa saham secara akurat sehubungan dengan perubahan-perubahan politik. Daripada mencoba untuk mengantisipasi fluktuasi jangka pendek, para investor sebaiknya fokus saja melanjutkan kegiatan sehari-harinya (contoh: praktik, operasi, pergi ke gym, bermain tenis), dengan terus mengacu pada tujuan investasi yang tertulis.

Haruskah kita goyah?

Sebagai kesimpulan, meskipun tahun pemilu nasional dapat menyebabkan spekulasi dan ketidakjelasan, seharusnya hal ini tidak menggoyahkan kereta tujuan investasi kita dari jalurnya. Dengan mempertahankan pandangan jangka panjang, bergantung pada data historis, dan terus mengacu kepada prinsip-prinsip investasi yang logis, para investor dapat mengarungi siklus-siklus politik dengan kepercayaan diri. Ingatlah pepatah “tidak ada kesuksesan yang terjadi dalam semalam,” dan investasi yang berhasil bergantung kepada disiplin, kesabaran, dan komitmen yang teguh terhadap tujuan-tujuan investasi kita.

“Only when the tide goes out do you learn who has been swimming naked.” – Warren Buffet

Hanya setelah pemilu berlalu kita baru bisa melihat siapa yang membuat keputusan bodoh dan siapa yang membuat keputusan yang logis.

Let’s not be the stupid ones.


Apakah pemilu ini menggoyah investasi Anda?
Apakah Anda sudah pernah betul-betul menuliskan tujuan investasi Anda?
Tinggalkan komentar di kolom di bawah.

Photo by Element5 Digital on Unsplash

www.domainesia.com

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Weekly newsletter

Suntikan literasi keuangan (dan kehidupan) mingguan di tengah kesibukan Anda!