selective-focus-photo-of-man-s-index-finger-3779434
Dissecting Money

Dissecting Money

DomaiNesia

Mengapa Investasi di Reksa Dana Indeks?

Mengapa saya all-in di reksa dana indeks

Bagi pembaca yang sudah mengetahui dan mengikuti apa yang saya tuliskan di artikel-artikel dalam blog ini ataupun melalui media sosial maupun grup Telegram, maka pasti sudah memahami bahwa gaya berinvestasi saya adalah dengan cara berinvestasi secara pasif melalui reksa dana (RD) indeks. Penjelasan mengenai apa itu RD indeks juga sudah saya bahas  di dalam artikel “Reksa Dana untuk Pemula.”

Namun perlu saya tekankan bahwa ini bukan merupakan ajakan atau rekomendasi untuk Anda kemudian langsung berinvestasi di RD indeks. Saya hanya akan mengungkapkan beberapa poin yang membuat saya berpikir bahwa berinvestasi dengan cara pasif di RD indeks adalah cara investasi yang paling sesuai untuk saya.

By the way, RD indeks ada yang dalam bentuk RD biasa, namun ada juga dalam bentuk exchange-traded fund (ETF) yang dapat diperjual-belikan di pasar saham sesuai waktu bursa saham dibuka. Namun, masalah utamanya adalah ETF memiliki likuiditas yang sangat rendah di bursa Indonesia sekarang ini, sehingga di dalam tubuh artikel ini, jika saya menyebutkan RD indeks maka itu merujuk kepada RD indeks non-ETF.

Tentukan gaya berinvestasi Anda sendiri yang sudah disesuaikan dengan tujuan investasi Anda.

Your money, your rules.

Berikut ini adalah beberapa pendapat saya mengapa investasi di RD indeks merupakan satu-satunya cara berinvestasi yang masuk akal untuk saya.

Paling meyakinkan secara statistik

Apabila Anda adalah seorang mahasiswa kedokteran atau seorang dokter, maka Anda sudah memahami bahwa sepanjang pendidikan, kita diajarkan untuk selalu memercayai statistik di dalam segala hal yang terkait dengan keilmuan kita. Such is true for everything else in life, it can all be explained through statistics.

Akibatnya, dalam hal finance dan investasi pun saya sangat memerdulikan statistik. Saya hanya akan memilih cara berinvestasi yang secara statistik dianggap sebagai yang paling sesuai untuk mencapai tujuan investasi saya.

Di dalam pembelajaran saya mengenai finance dan cara mencapai financial independence, saya menemukan sebuah data statistik yang sangat menarik mengenai cara terbaik untuk mencapai target dana pensiun. Mengapa? Karena secara statistik data ini sangat kuat, tetapi anehnya tidak banyak orang yang mematuhinya di dalam berinvestasi untuk dana pensiun.

Data yang saya maksud adalah bahwa 94% dari RD dengan manajemen aktif (baca: mencoba mengoptimalkan return dan mengalahkan market) akan gagal mendapatkan return jangka panjang yang mengalahkan return dari market. Jadi untuk apa saya nekat memercayakan dana pensiun saya pada suatu instrumen investasi yang kemungkinan berhasil dalam jangka panjangnya hanya 6%?

Warren Buffett bahkan pernah bertaruh melawan sebuah perusahaan manajemen aset (manajer investasi) bahwa cara manajemen investasi secara aktif tidak akan  berhasil mengalahkan index fund (manajemen investasi pasif) dalam periode waktu 10 tahun, dan memenangkan pertaruhan sebesar 1 juta USD tersebut.

Sebagai catatan, sebuah RD dengan manajemen aktif akan selalu melakukan market-timing secara aktif (mencoba untuk membeli saham di harga rendah dan jual di harga tinggi) agar dapat memiliki return yang mengalahkan return dari market (dalam hal ini IHSG), yang notabene merupakan hal yang dilakukan oleh para trader atau para spekulan di pasar saham.

Which explains why I will never trade or do market-timing.

Why on earth would you ever risk your money on a 6% chance?

Satu-satunya cara yang masuk akal di pasar yang sering tidak masuk akal

Seberapa sering Anda menganggap bahwa dengan berita atau sentimen tertentu maka emiten-emiten saham tertentu seharusnya mengalami kenaikan harga namun tidak terjadi? Atau sebaliknya di masa-masa dimana krisis melanda dan Anda mengharapkan IHSG seharusnya turun, tapi ternyata malah mengalami kenaikan?

Kejadian-kejadian ini menunjukkan kepada kita bahwa pasar saham bergerak dengan cara yang seringkali tidak masuk di akal, seberapapun hebatnya kita dalam menganalisanya. Belum lagi jika kita mulai masuk lebih dalam ke analisis sektoral. Seberapa yakin Anda dengan diversifikasi portfolio saham yang Anda buat sendiri? Apakah sudah mempertimbangkan semua sektor?

Sementara, keuntungan dari berinvestasi di RD indeks menurut saya sudah sangat menempatkan investor di atas angin, antara lain karena beberapa hal berikut ini:

  • Diversifikasi secara otomatis:
    Pada saat Anda membeli unit di sebuah RD indeks yang hanya akan mencoba menyamai (tracking) return dari indeks-indeks seperti IDX30 atau LQ45, maka portfolio Anda sudah otomatis terdiversifikasi sejumlah indeks yang diikutinya. Jika Anda perhatikan, indeks-indeks ini pun di dalamnya memiliki emiten-emiten yang sudah terdiversifikasi secara sektoral.
  • Bluechips semua:
    Pada saat pergerakan IHSG akan didominasi oleh emiten-emiten dari indeks IDX30 atau LQ45 yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar (bluechips), jika Anda memiliki unit RD indeks tersebut, you are already in on the ride, apapun yang akan terjadi terhadap pasar secara keseluruhan. Jadi untuk apa mencoba untuk memilih-milih emiten yang terbaik di antara indeks IDX30 atau LQ45 apabila Anda bisa langsung membeli sekeranjang saham bluechips?
  • Portfolio otomatis teratur:
    Pada saat terjadi perubahan anggota emiten yang termasuk di dalam indeks IDX30 atau LQ45, Anda tidak perlu pusing-pusing merubah portfolio Anda, karena manajer investasi RD indeks akan otomatis melakukan perubahan kepemilikan saham-saham di dalam portfolio mereka, karena hal ini tercantum di dalam prospektus RD indeks, bahwa mereka hanya akan melakukan pembelian emiten-emiten saham yang termasuk ke dalam indeks IDX30 atau LQ45 yang diikuti. They literally can’t jump out the fence, because they’re legally bound to do so.
  • Risiko paling rendah:
    Pada saat Anda mencoba untuk memilih emiten saham individu (satu-satu), Anda sedang mengambil risiko yang tidak terkompensasi (uncompensated risk). Artinya Anda sedang mengambil risiko yang jauh lebih besar karena Anda memilih emiten-emiten tertentu, namun untuk return yang belum tentu jauh lebih besar juga. Jadi jika ada opsi untuk sekalian membeli seluruh emiten saham dalam sebuah indeks, agar kita dapat menangkap rerata return dari pergerakan seluruh emiten-emiten tersebut, mengapa tidak kita ambil? Being broadly-diversified will push down the risk much lower than when we try to identify which stocks are the best ones to have.

Biaya paling rendah

Bagi Anda yang sudah membaca buku Tony Robbins yang berjudul “Money: Master the Game” atau “Unshakeable” dan sudah mengikuti blog ini atau konten-konten saya di media sosial, maka Anda sudah memahami bahwa gaya investasi saya sangat memusuhi apa yang kita kenal sebagai “biaya.”

Masalah utamanya adalah banyak sekali investor yang tidak memerdulikan hal ini dan tidak pernah mencoba untuk mencari tahu berapa banyak biaya yang diambil oleh middle-man dari investasi mereka.

Padahal efek dari biaya-biaya yang ditagihkan ke investor terhadap compound interest sangat nyata, akan saya jabarkan dalam suatu contoh kasus:

Kita investasi uang 100 jt IDR (satu kali taruh) selama 30 tahun, asumsinya return per annum 7% (setelah dikurangi inflasi).

Dengan masing2 biaya/fee di bawah ini, berapa return yang akan Anda dapatkan 30 tahun dari sekarang:

  • 3%: hasil akhir 312 juta IDR
  • 2%: hasil akhir 421 juta IDR
  • 1%: hasil akhir 560 juta IDR

Sehingga dapat kita lihat bahwa perbedaan biaya 1% saja memberikan kita perbedaan return yang mencapai 100 juta IDR lebih setelah 30 tahun. Dengan perhitungan ini, siapa yang berani bilang bahwa “biaya” itu tidak penting? Salah satu ciri utama dari RD indeks adalah expense ratio (kalkulasi berapa persen biaya investasi kita yang dipakai untuk membiayai operasional sang manajer investasi) yang rendah jika dibandingkan dengan RD manajemen aktif.

Coba pelajari lagi portfolio dan instrumen-instrumen investasi Anda.
Jangan-jangan, Anda sedang “dirampok dengan cara yang sopan” di depan mata Anda.

Sangat cocok untuk dokter yang waktunya sangat terbatas

Sudah beberapa kali saya ungkapkan: bagaimana mungkin seorang dokter bisa sukses melakukan market-timing kalau pasar saham dibuka di prime time dokter bekerja di RS, yaitu dari jam 9 pagi sampai jam 3 sore?

So obviously trading is not an option. Well, I don’t consider it as investing anyway.

“Traders are fortune tellers without the necessary crystall balls.”
– Jim Dahle, MD

Cara berinvestasi dengan konsep value investing pun akan cukup sulit untuk dilakukan karena mengharuskan seorang dokter untuk memiliki pengetahuan yang cukup mengenai cara menganalisa valuasi dari sebuah emiten, dari laporan keuangan dan lain sebagainya. Artinya: mungkin akan butuh waktu lama sampai Anda dapat menemukan “harta karun” dalam bentuk saham yang harganya dinilai “terlalu murah,” sementara seorang dokter biasanya sudah terlambat sekitar 10 tahun untuk memulai perjalanan tersebut. Belum lagi untuk mendapatkan return yang sensasional dari saham yang Anda beli di valuasi yang murah tersebut artinya Anda harus memiliki dana yang cukup besar di awal. Masalahnya kebanyakan dokter (apalagi yang baru memulai) tidak memiliki dana sebesar Warren Buffett dan Berkshire Hathaway-nya.

Coba bayangkan bahwa Anda harus melakukan itu semua sambil menjalankan praktik Anda 5-6 hari seminggu, dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam?

You’re welcome to try, but that’s not the path I’m going to take.
I have limited time, with patients to take care of.

Dapat mencapai tujuan investasi saya

Yang paling penting dari pemilihan strategi berinvestasi dengan RD indeks ini adalah bahwa saya sudah menghitung bahwa tujuan investasi saya (utamanya untuk dana pensiun) bisa saya capai dengan hanya “menangkap” return dari indeks selama 22 tahun (bahkan bisa lebih cepat lagi tercapainya apabila savings rate saya meningkat terus dalam waktu-waktu ke depan).

Jadi jika saya sudah menghitung bahwa dana pensiun saya bisa tercapai saat saya mencapai usia 55 tahun dan bisa memutuskan untuk pensiun saat itu, untuk apa saya mencoba mengambil risiko yang lebih besar untuk mencoba mencapai target lebih cepat? Apalagi kalau strategi yang bersifat spekulatif tersebut malah menjadi bumerang bagi saya dan malah mengurangi pokok dana pensiun saya tersebut.

Idola saya James Dahle, MD menyimpulkan semua ini dengan sempurna di dalam sebuah posting di Instagram:

I have done my homework. I calculated everything.
Have you calculated yours?

Tidak perlu pusing soal pajak

Terakhir, hal yang paling menyenangkan dari berinvestasi di RD indeks, seperti RD lainnya adalah return-nya bukan merupakan objek pajak (alias tidak dikenakan pajak). Sementara jika Anda berinvestasi membeli saham individu/lepasan, maka return dari saham tersebut akan dikenakan beberapa biaya terkait pajak, yaitu:

  • Komisi transaksi – sesuai frekuensi dan nilai transaksi dalam suatu periode, artinya semakin banyak Anda keluar-masuk emiten (hello, traders) akan semakin besar besaran transaksinya
  • Pajak pertambahan nilai (PPN) – 10% dari komisi transaksi
  • IDX Levy – ditentukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI)
  • Sales taxPajak penghasilan (PPh) sebesar 0,1%
  • Fee kliring penjaminan efek Indonesia – 0,01%

Sehingga kalau ada yang menyarankan kepada saya lebih baik investasi langsung di saham karena return-nya (diharapkan) bisa lebih besar, untuk keadaan sekarang dan berdasarkan poin-poin serta data-data yang saya kumpulkan di atas, saya akan tetap memilih berinvestasi di RD indeks.

Data and statistics tell us everything.
Sometimes we just don’t want to look.


Apakah Anda sudah pernah mempelajari mengenai RD indeks?
Bagaimana pendapat Anda mengenai RD indeks?
Tinggalkan komentar di kolom di bawah.

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

www.domainesia.com

8 thoughts on “Mengapa Investasi di Reksa Dana Indeks?”

  1. asupan BERGIZI , menambah khasanah pengetahuan, menggugah untuk belajar lagi sampai memilih investasi yang cocok bagi saya dengan pertimbangan profil resiko

    Reply
  2. Terima kasih dok atas tulisannya

    Tapi ada yg mau saya tanyakan

    Kalau kita beli reksadana biasa di marketplace online tidak dikenakan biaya. Kemudian saya coba konfirmasi ke email mereka, biaya jual setelah 1 tahun juga gratis.
    Sementara management fee sudah masuk ke dalam NAB sehingga tidak dibebankan ke investor

    Dengan return 3 tahun terakhir yg lebih baik dibanding reksadana index, kemudian fee yg sama
    Apakah lebih baik utk reksadana pasar uang atau pendapatan tetap dibandingkan reksadana index?

    Terima kasih dok

    Reply
    • Management fee masuk ke dalam NAB itu artinya dibebankan kepada investor dok. Return kita kan berdasarkan NAB.

      Reksa dana indeks itu isinya saham, jadi tidak bisa dibandingkan dengan reksa dana pasar uang atau pendapatan tetap. Itu seperti membandingkan apel dengan jeruk dan lemon.

      Reply
  3. saya semakin yakin tetap berinvestasi di rd indeks krna tulisan dokter. awalnya sempat ragu, krna saya masuk pertengahan tahun 2019 jadi punya saya masih merah haha. terima kasih ya dok atas tulisannya.

    Reply
  4. Mohon izin dok, mungkin kapan kapan bisa bahas pertimbangan hutang vs tabungan untuk PPDS.?

    Gimana perhitungannya, lebih hemat nabung 500 juta cash dan menunda PPDS 2-5 tahun, atau masuk PPDS sekarang juga menggunakan hutang dengan interest x% p.a? Berapa interest rate yang ideal, berapa maximalnya? Gimana hukum nya di Indonesia kalau kita meninggal dunia sebelum bisa balikin hutang, dstnya.

    Tentunya kita semua setuju kalau berhutang dan riba untuk liability seperti mobil sangat tidak dianjurkan, tp bagaimana dengan untuk investasi asset, khususnya investasi yang bukan sekedar properti/bisnis, tapi se-life changing PPDS?

    Reply
    • Menurut saya pribadi sih kurang disarankan untuk ambil utang untuk PPDS, karena untuk 4-5 tahun berikutnya kita tidak akan punya gaji, darimana uang untuk membayarnya? Bedakan dengan student loans di US yang mana mereka boleh menunggu sampai punya pekerjaan dahulu baru mulai pembayaran cicilan.

      Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Weekly newsletter

Suntikan literasi keuangan (dan kehidupan) mingguan di tengah kesibukan Anda!