luis-melendez-Pd4lRfKo16U-unsplash
Picture of Dissecting Money

Dissecting Money

DomaiNesia

Rich Dad Poor Doc

About Rich Dad Poor Dad

Saya bukan hendak mencari judul yang terkesan “mendompleng” ketenaran buku Rich Dad Poor Dad karya Robert Kiyosaki, namun blog post ini memang merupakan penilaian dan pendapat saya dari kacamata seorang dokter investor pemula mengenai buku tersebut, yang sangat banyak disarankan untuk dibaca oleh beberapa sejawat.

Mengapa saya membuat blog post khusus untuk membahas buku ini? Yang pertama adalah karena buku ini terbit sekitar tahun 2000, dan waktu itu saya masih berusia 14 tahun, sehingga hype dari buku ini tidak mencapai saya yang mungkin waktu itu masih sibuk bermain PlayStation. Fakta bahwa buku ini masih direkomendasikan oleh beberapa sejawat di waktu sekarang ini (20 tahun setelahnya) menunjukkan bahwa the book really speaks to people about something, sehingga berdasarkan itu saja menurut saya buku ini layak untuk dibaca.

Alasan saya mengulas buku ini yang kedua adalah karena banyaknya kontroversi yang meliputi buku ini dan penulisnya. Saya tidak akan membahas banyak mengenai hal ini, karena Anda dapat dengan mudah menemukannya di internet.

Sehingga, kedua hal di atas menjadi sesuatu yang sangat menarik untuk saya: Bagaimana bisa sebuah buku menjadi sangat inspiratif untuk sebagian orang, namun merupakan akar pahit untuk sebagian orang yang lain? Setelah saya selesai membacanya, baru saya menjadi paham kenapa bisa terjadi dua pandangan yang sangat bertolak-belakang ini.

Penilaian saya mengenai buku tersebut

Saya tidak akan merangkum isi bukunya, karena sudah banyak artikel di internet yang mencoba merangkum isi buku tersebut. Namun, saya akan mengungkapkan kedua sisi koin, yaitu hal-hal yang menurut saya positif serta yang negatif terkait konsep-konsep yang diutarakan di dalam buku itu. Saya akan mulai dengan hal-hal yang positif dulu, baru kemudian hal-hal yang negatif mengenai apa yang dibahas di dalam buku tersebut.

Hal-hal yang POSITIF

Beberapa poin di bawah ini adalah hal-hal yang menurut saya baik dan dapat berguna untuk pembaca, terlebih lagi untuk investor pemula.

  • Membandingkan kontras antara orang “kaya” dan “miskin.”
    Mengapa dalam tanda kutip? Karena buku ini mencoba membuka mata pembaca bahwa kaya dan miskin itu adalah sebuah mindset atau pola pikir, bukan semata-mata mengenai apa yang Anda miliki. Mungkin sedikit banyak seperti apa yang saya utarakan di dalam artikel mengenai orang yang pura-pura kaya. Dan penulis bahkan menggambarkan ini dalam sebuah konteks yang lebih ekstrim lagi: hanya ada dua jenis pola pikir tersebut mengenai cara berpikir seseorang tentang uang. You’re either “rich” or “poor,” there’s no in between.
  • Disampaikan dengan bahasa sederhana.
    Mungkin ini adalah salah satu alasan utama buku ini menjadi best-seller, karena tidak banyak buku finance yang berhasil menyajikan semuanya dalam konteks yang membumi, namun penulis benar-benar berhasil menarik perhatian orang-orang yang selama ini bekerja untuk uang dan tidak pernah mengetahui bahwa uang dapat bekerja untuk mereka. Saya selalu bilang ini merupakan sebuah pedagogi: bagaimana cara menyampaikan hal yang sangat rumit menjadi sesuatu yang mudah dicerna. Dari segi pedagogi, materi personal finance dibawakan dengan sangat sederhana oleh penulis di dalam buku ini.
  • Menekankan pentingnya diversifikasi ilmu pengetahuan.
    Salah satu poin yang sangat saya setujui yang diungkapkan penulis adalah pentingnya mempelajari hal-hal yang di luar ekspertise kita. Sebagai contoh misalnya kita sebagai dokter, kemudian menjadi dokter spesialis, kemudian menjadi subspesialis dan melanjutkan menjadi doktor bahkan profesor di dalam bidang tersebut. Buku ini mengutarakan bahwa dengan demikian justru kita semakin tidak bisa apa-apa jika kita terpaksa ditempatkan untuk bekerja di luar bidang yang kita tekuni tersebut. Mungkin sebuah fakta yang tidak enak didengar oleh para dokter, but I really think it’s worth noting and thinking about.
  • Menekankan pentingnya memberi kepada orang lain.
    Saya kira hampir semua buku mengenai finance selalu menekankan mengenai pentingnya memberi kepada orang lain. Tidak hanya dalam bentuk materi, namun juga dalam bentuk pengetahuan yang kita ajarkan kepada orang lain yang membutuhkannya.
  • Mengutarakan konsep FOCUS.
    Follow One Course Until Successful. Jika Anda sudah mengikuti banyak tulisan dalam blog ini maka Anda sudah memahami bahwa gaya investasi yang saya anut adalah dengan memiliki sebuah fixed asset allocation portfolio, dan secara rutin dan konsisten memasukkan tabungan untuk investasi secara periodik ke dalamnya. No need to worry about the ups and downs of the economy. Just stay the course.

Hal-hal yang NEGATIF

Sebaliknya, berikut ini adalah hal-hal mengenai finance dan wealth-building yang tidak saya setujui di dalam buku ini, dan mungkin beberapa hal ini jugalah yang menyebabkan kontroversi yang mengelilingi buku tersebut.

  • Mengesampingkan pentingnya net-worth.
    Hal yang paling aneh yang menurut saya disampaikan dalam buku ini adalah penulis mencibir penghitungan net-worth seorang investor. Bagaimana cara seseorang bisa mengukur apakah tujuannya berinvestasi sudah tercapai atau belum jika tidak menghitung net-worth? It is a complete, utter nonsense and almost stopped me from finishing reading this book.
  • Penekanan kepada investasi properti/real estate yang tidak konsisten.
    Edisi yang saya baca adalah cetakan tahun 2017, dimana kita ketahui sudah melewati apa yang kita kenal dengan subprime mortgage crisis atau housing bubble yang terjadi di AS tahun 2008-2009. Krisis tersebut sebenarnya sudah mematahkan seluruh konsep mengenai investasi real estate, namun anehnya penulis mencoba menambahkan komentar terkini bahwa beliau sudah berulang-kali mengatakan bahwa “rumah bukanlah sebuah aset,” namun hampir seluruh pembahasan mengenai investasi yang dibangga-banggakan di dalam buku tersebut (bahkan sampai terkesan menyombongkan diri) adalah investasi real estate. Saya cukup bingung dan terus terang tidak mendapatkan faedah apa-apa mengenai investasi real estate dari buku ini.
  • Tidak menunjukkan bagaimana cara berinvestasi.
    Yup, if you’re looking for the “how” regarding investment, you’re not going to find it in the book. Beberapa bagian dari buku ini mengenai sudut pandang mengenai personal finance dan cara membangun kekayaan memang sangat baik, tetapi selesai membaca buku ini, Anda akan tetap kebingungan harus memulai dari mana. Mungkin sebuah strategi marketing agar Anda membeli buku-buku berikutnya? Fair enough.
  • Menganjurkan untuk memiliki sebuah bisnis dan menghasilkan uang dengan cepat.
    Di dalam buku ini, terus-menerus ditekankan pentingnya memiliki sebuah bisnis dan berinvestasi pada hal-hal yang dapat memberikan keuntungan secara cepat. Sangat berlawanan dengan ideologi yang saya pegang: Anda tidak harus membangun sebuah bisnis untuk bisa menjadi miliarder, dan pada prinsipnya semua yang menjanjikan return yang besar dan cepat biasanya merupakan penipuan atau sekedar menyembunyikan risiko sebenarnya dari mata investor. Investing is supposed to be boring.
  • Menganjurkan untuk berinvestasi pada saham Initial Public Offering (IPO) yang spekulatif untuk mendapat keuntungan cepat.
    I’m not a fan of that concept. Di buku tersebut bahkan penulis sendiri menyatakan bahwa itu adalah investasi yang bersifat spekulatif. Lalu mengapa dianjurkan untuk seseorang yang baru mau memulai investasi? Asumsi saya semua orang yang membeli buku tersebut adalah orang-orang yang baru mau memulai untuk berinvestasi. Mengapa malah mau dijerumuskan ke jurang?
  • Mengarahkan seseorang untuk belajar marketing dengan skema multi-level marketing (MLM).
    Ini adalah hal kedua yang hampir membuat saya menutup buku ini dan berhenti membacanya. I hate multi-level marketing. Ini mungkin merupakan sebuah konsep marketing yang sangat digandrungi sekitar tahun 2000-an, namun menurut saya itu semua hanya sebuah skema penipuan besar-besaran. Bilanglah yang mau disorot bukan MLM-nya namun cara mereka melakukan marketing – tetap saja cara marketing tersebut sudah tidak cocok untuk generasi sekarang dan tidak akan menjual. It’s a freakin’ 20-year old concept. (Saran: tonton film dokumenter “Betting on Zero” di Netflix yang membahas kotornya model bisnis MLM)

    MLM = Multi-level morons.

  • Tidak membicarakan mengenai compound interest.
    Jika ada satu hal yang dapat saya percayai di dunia finance adalah prinsip dan cara kerja compound interest. It’s simple math. Simple math’s never wrong. Jadi sangat disayangkan bahwa buku ini tidak membahas hal tersebut.
  • Menganjurkan orang untuk tetap berinvestasi meskipun kebutuhan untuk pengeluaran rutin belum tercukupi.
    Ini merupakan poin terbodoh dalam buku ini. Penulis bahkan membangga-banggakan bahwa dirinya akan tetap berinvestasi (bahkan berspekulasi) walaupun dirinya dikejar-kejar cicilan ataupun hutang untuk pengeluaran rutin. Prinsip “pay yourself first” penulis sangat berbeda 180 derajat dengan yang saya mengerti. Buat penulis, pay yourself first artinya uang bulanan untuk investasi dulu, baru untuk kebutuhan rutin dia akan mencari uang dengan cara lain. Padahal jika Anda baca dimanapun mengenai personal finance, pay yourself first artinya mencukupi kebutuhan hidup bulanan kita dulu, baru kemudian kita menilai ulang apakah kita sudah layak untuk berinvestasi. Sehingga dari segi psychological finance, poin ini sangat tidak baik untuk dianut dan menurut saya patut dijauhi.

Demikian pendapat jujur dan unbiased saya mengenai buku “Rich Dad Poor Dad.”

Apakah Anda setuju? Atau memiliki pendapat lain setelah membaca buku tersebut? Bagikan pendapat Anda di dalam kolom komentar di bawah.

Photo by Luis Melendez on Unsplash

www.domainesia.com

8 thoughts on “Rich Dad Poor Doc”

  1. Saya juga pernah baca buku rich dad poor dad di ScribD, namun lupa cetakan berapa. Beliau memang mengatakan bahwa rumah merupakan aset, ketika rumah tersebut berhasil mendatangkan uang ke kantong kita dengan cara dijual dengan harga yang lebih tinggi atau disewakan.

    Mungkin buku tersebut telah mengalami revisi setelah melihat kenyataan properti di amerika yang sempat bubble di tahun 2008 silam.

    Just my 2 cent.

    Reply
  2. Nggak paham sama beberapa istilah pada tulisan ini (dan males google pastinya). Setuju sih, buku tsb bahasanya enak dan mudah dimengerti. Sebagai seorang dokter, saya suka tulisan yg bisa dipahami cepat.

    Reply
      • Anda kurang lengkap bacanya pak dok. Selain dia memang investor real estate, ada satu kata lagi yg selalu diulang dibuku itu, yaitu cashflow. Maksud kiyosaki bukan “rumah itu bukan aset” tapi cashflow yg menentukan rumah itu aset atau liabilitas. Jika cashflownya negatif maka rumah itu liabilitas, jika cashflownya positif, maka rumah itu menjadi aset.

        Selain itu titik awal kiyosaki dan dokter tidak bisa disamakan. Karena dokter punya income sedangkan kiyosaki tidak. Jadi dia berusaha mencari properti tanpa modal tentunya dgn utang tapi dengan positif cashflow. Sehingga networth buat kiyosaki menjadi tidak penting. Karena networth dia tidak terlalu besar, tapi cashflownya yg besar. Sehinggan ROI juga unlimited karena kiyosaki tidak pakai modal. Berbeda dengan dokter yg gajian dan disisihkan untuk imbal hasil 5% pertahun..

        Seperti itu pengertian saya..

        Reply
        • Bisa dipahami.

          TAPI apakah ideologi seperti itu cocok jika diaplikasikan ke mayoritas orang di luar sana yang juga hidup dari gaji? Saya kira berbahaya.

          Apa gunanya cashflow besar tanpa net worth yang tinggi? Bukankah sama saja dengan berjalan di tempat?

          Dan blog ini memang diperuntukkan untuk dokter, bukan untuk investor real estate.

          Reply
          • Betul pak Dok. Memang kiyosaki bilang tidak semua orang bisa seperti dia. Dan mayoritas tidak bisa mengikuti cara kiyosaki. Sehingga tidak semua orang gajian bisa mengikuti cara dia, atau kalau ada yg nekat malah jadi miskin kalau tidak mengerti dengan betul. Dan inget dia tdk punya gaji, jadi nothing to lose.

            Tehnik kiyosaki sama dengan tehnik donald trump. Coba pak Dok google berapa net worth trump bandingkan dengan billionaire lain. Karena dia main cari cashflow, utang besar, sehingga net worth kecil. Tapi dia jg bayar pajak 0. ROI tanpa modal itu unlimited. Dia bisa beli properti pake hutang, tanpa modal, di refinance lg utk dp properti berikut, pajak bisa 0 karna pakai hutang dan depresiasi. Jadi wajar dia tidak peduli dgn compounding pak Dok. Tidak seperti warren buffett.

            Betul juga blok dokter utk dokter bukan real estate investor. Saya cuma memberi pandangan dari sudut lain. Sudut pandang investor properti. Mereka bermain hutang. Bukan ekuitas. Mereka cetak uang mereka sendiri dengan menarik hutang sebanyak mgkn. Tidak semua bahkan sedikit org yg bisa seperti Kiyosaki Pak Dok.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Weekly newsletter

Suntikan literasi keuangan (dan kehidupan) mingguan di tengah kesibukan Anda!