seyi-ariyo-UG5NpfjQevY-unsplash
Picture of Dissecting Money

Dissecting Money

DomaiNesia

Perencanaan Dana Pendidikan Anak

Masalah setiap orang tua

Setiap kali saya melontarkan sebuah pertanyaan terbuka mengenai apa yang baiknya dibahas dalam blog ini, topik yang hampir selalu ditanyakan adalah perencanaan dana pendidikan untuk anak. Saya kira hal ini wajar, karena setiap orang tua pasti menginginkan pendidikan yang layak untuk anak-anaknya, agar suatu hari mereka dapat memiliki karir dan taraf hidup yang cukup tinggi.

It’s a very common, noble thinking.

Berita buruknya adalah sepanjang sekolah dan bahkan sampai ke pendidikan tinggi, kita tidak pernah sekalipun diajarkan bagaimana cara kita bisa menyiapkan dana untuk pendidikan anak-anak kita kelak (kecuali mungkin mereka yang mengambil kuliah di fakultas ekonomi). But even then, I’ve seen so many people graduating from the economic faculty and they still have no clue how to plan for future money-related things.

Schools (medical school included) taught us how to earn money, but not how to manage them.

You have a dream, but you don’t have a plan

Kesalahan terbesar dan terutama orang-orang dalam merencanakan pendidikan adalah: Anda menginginkan sebuah “perencanaan”, tetapi Anda tidak memiliki “rencana.” Yang Anda miliki hanyalah mimpi.

Apa yang saya maksud? Akan saya gambarkan dalam beberapa contoh agar lebih mudah dimengerti.

Jika Anda memiliki “rencana” untuk menyekolahkan anak Anda kuliah di luar negeri suatu hari nanti, yang Anda miliki hanyalah sebuah mimpi! Mengapa demikian? Karena terlalu banyak ketidakjelasannya:

  • Anak Anda akan kuliah di tahun berapa?
  • Negara mana? Kota mana? Biaya hidup rata-rata di kota tersebut berapa?
  • Biaya untuk kos-kosan berapa per bulan?
  • Universitas mana? Fakultas apa?
  • Uang masuk berapa? Uang SPP per semester berapa?
  • Kurs mata uang asingnya sekarang berapa? Kira-kira akan jadi berapa di tahun anak Anda kuliah?

See what I mean by “you’re just merely dreaming?”

Perampok bank (referensi: Ocean’s Eleven) saja memiliki rencana untuk merampok bank, tidak serta-merta masuk dari pintu depan dengan memegang pistol. The latter would be where you are without a plan: BUSTED.

Bandingkan dengan seseorang yang memiliki rencana untuk memiliki dana sebesar 5 miliar IDR 15 tahun lagi dari sekarang, agar anak tertuanya dapat kuliah di fakultas ekonomi di Melbourne University, Melbourne.

Baru sekedar membaca paragraf tersebut di atas saja Anda sudah dapat berpikir bahwa it makes much more sense than the previous “dream.”

Anda memerlukan sebuah tujuan yang terencana

Maka dari itu, seperti saya sudah suarakan beberapa kali di artikel-artikel lain, bahwa Anda memerlukan sebuah tujuan yang tertulis dan terencana. Sebuah tujuan finansial yang baik dan terarah akan memiliki komponen-komponen:

  • Nominal: berapa jumlah uang yang Anda butuhkan?
  • Waktu: kapan Anda membutuhkan uang tersebut?
  • Imbal hasil: berapa return yang Anda butuhkan dari instrumen investasi untuk dapat mencapainya?

Sehingga semuanya jadi bisa dihitung, sampai ke nominal berapa yang Anda harus sisihkan setiap bulan untuk mencapai target tersebut, seperti gambar di bawah ini:

Kalkulator: IndoPremier

Suddenly everything is laid out on the floor, could be clearly seen and seems achievable.

All by changing a “dream” into a well thought-out plan.

Teknis pengaturan perencanaan dana pendidikan

Beberapa pertanyaan berikutnya, yang lebih teknis yang mungkin terlintas di pikiran Anda adalah:

  • Bagaimana cara saya menentukan pendidikan anak di level apa yang harus saya persiapkan terlebih dahulu?
  • Dari mana saya tahu anak saya akan kuliah apa nantinya?
  • Apakah artinya saya belum bisa menabung untuk dana pensiun?
  • …….dan lain sebagainya.

Hal-hal berikut ini mudah-mudahan dapat membantu Anda (catatan: ini hanya sekedar poin-poin untuk brainstorming, bukan berarti merupakan sebuah saran yang harus Anda ikuti).

Persiapkan dana kuliah terlebih dahulu

Mengapa dana untuk kuliah harus diutamakan? Uang untuk sekolah anak SD, SMP dan SMA kan lebih mendesak?

JUSTRU karena waktu hingga anak Anda kuliah biasanya relatif masih jauh (>10 tahun), maka ini adalah yang harus dipersiapkan lebih dahulu. Karena waktu adalah teman terbaik seseorang yang masih di dalam usia produktif, sehingga compound interest akan bekerja lebih keras untuk keuntungan kita.

Imbas dari waktu yang masih relatif panjang ini pun memungkinkan kita untuk memilih instrumen investasi seperti saham yang lebih berisiko, namun di jangka panjangnya akan memberikan kita return yang jauh lebih besar dibandingkan dengan instrumen lain. Seseorang dapat kemudian menginvestasikannya secara pasif di reksa dana indeks, dan dia tidak perlu pusing-pusing atau stres memikirkan persiapan dana kuliah ini lagi.

Belum tahu anak mau kuliah apa

Tetapi bukannya kita akan sulit menentukan hal-hal tersebut karena kita belum tahu anak kita akan mau kuliah di mana karena usianya yang masih sangat kecil?

Betul. Maka dari itu para financial planners selalu mengambil perhitungan dengan biaya kuliah yang biasanya termahal, yaitu fakultas kedokteran (universitas swasta tentunya, bukan negeri). Jika ingin kuliah di negara lain di Amerika Serikat misalnya, maka gunakan perhitungan biaya sekolah kedokteran di sana untuk menentukan nominal yang Anda tuju.

Mengapa? Karena dengan demikian artinya kalaupun anak Anda akhirnya memilih universitas/jurusan yang biayanya lebih murah dari itu, dananya sudah pasti mencukupi.

Dana untuk SD-SMA

Mengapa dana untuk SD, SMP dan SMA diperhitungkan belakangan? Jawabannya sebenarnya mudah: karena biasanya yang lebih menentukan untuk karir seorang anak di masa depan adalah perkuliahannya dibanding ijazah lulus SD-SMA.

Sehingga, jika skenario “terburuk”-nya adalah anak Anda bersekolah di SD, SMP dan SMA Negeri di mana uang sekolahnya lebih ringan atau bahkan gratis, so be it. Yang terpenting adalah anak Anda menjalani masa perguruan tinggi di universitas yang baik (ditinjau dari segi akademis), yang akan melontarkan jenjang karir anak Anda lebih tinggi di masa depan.

Persiapan dana untuk sekolah di tingkat SD-SMA bahkan lebih problematik, karena jangka waktu untuk kita mempersiapkan dana tersebut jadi lebih pendek. Sehingga jika kita mau memasukkan anak sekolah di SD ternama dengan biaya uang masuk dan SPP yang tinggi, hampir pasti kita tidak sempat menginvestasikannya di instrumen dengan return yang tinggi seperti saham (karena risikonya akan jadi semakin tinggi di jangka pendek). Kemungkinan besar memang pengeluaran ini akan keluar dari portofolio investasi jangka pendek Anda di instrumen-instrumen yang aman seperti deposito maupun reksa dana pasar uang.

Plan ahead

Sehingga melalui penjabaran di atas kita dapat menyadari bahwa semakin jauh kebutuhan akan dana pendidikan anak, justru semakin mudah kita mempersiapkannya dengan berinvestasi, karena compound interest akan bekerja untuk kebaikan kita. Jangan sampai Anda terjebak dan berpikir “toh anak saya kuliah masih lama, nanti-nanti saja saya siapkan tabungannya.”

Time is our most precious commodity, including when it comes to investing.

Jangan dikombinasikan dengan asuransi

Apa yang dikenal di luar sana sebagai “asuransi pendidikan” pada dasarnya adalah asuransi jiwa yang dibalut dengan produk-produk investasi. Pemikirannya adalah bahwa dengan demikian maka apabila terjadi sesuatu yang merenggut nyawa orang tua pencari nafkah, maka akan ada uang pertanggungan yang cair yang dapat diinvestasikan atau dijadikan uang untuk biaya pendidikan si anak.

Tapi seperti sudah saya ungkapkan berkali-kali sebelumnya, tidak ada buku finance yang menganjurkan untuk menggabungkan antara asuransi dengan investasi.  Fungsi asuransi adalah untuk proteksi, bukan sebagai investasi di mana kita mengharapkan imbal hasil. Lagipula untuk apa lagi Anda membeli “asuransi jiwa yang dibalut investasi” apabila Anda bisa dengan mudah membeli asuransi jiwa berjangka dengan premi yang jauh lebih murah, mendapatkan uang pertanggungan yang jauh lebih besar, dan untuk investasi dana pendidikan Anda pisahkan dan Anda atur sendiri, sehingga kendalinya ada di tangan Anda?

It doesn’t, and will never make sense to me.

Dana pensiun atau dana pendidikan dulu?

Jika pertanyaannya adalah harus mempersiapkan dana pensiun dulu atau dana pendidikan dulu, sebenarnya tidak ada jawaban yang paling tepat, terserah Anda masing-masing. Menurut saya pribadi memang sebaiknya kedua hal ini dipersiapkan bersamaan. Ada beberapa poin yang ingin saya bagikan ke sejawat sekalian untuk dijadikan bahan untuk pemikiran Anda masing-masing:

  • Portofolio dana pensiun dan dana pendidikan anak harus terpisah. Karena jika tidak, maka Anda akan kesulitan menghitung actual return-nya per tahun berapa, dan akan mengalami kesulitan saat mau mencairkannya suatu saat: berapa jumlah yang merupakan dana pensiun, mana yang dana pendidikan?
  • Jika Anda memilih untuk mempersiapkan dana pensiun sebagai prioritas, maka harapannya adalah bahwa ketika anak-anak Anda ada di awal-awal karir mereka, Anda sudah mencapai tahap financial independence, sehingga anak-anak Anda tidak perlu terbebani dengan “kewajiban” harus menghidupi orang tuanya, dan mereka dapat memiliki savings rate yang tinggi di awal-awal karirnya dan akan lebih cepat bisa mencapai tahap financial independence mereka sendiri.
  • JIka Anda memilih untuk mengutamakan dana pendidikan anak, maka harapannya adalah bahwa anak-anak Anda akan menapaki jenjang pendidikan setinggi mungkin (baik jenjang maupun kualitas). Namun, jangan serta-merta berharap bahwa suatu hari dengan karir mereka yang menjulang tinggi maka Anda mengharapkan kebutuhan hidup Anda mereka yang harus memenuhi. It’s still your own responsibility! Sehingga, sebagai dokter, memilih jalan ini bisa jadi berarti titik waktu Anda mencapai pensiun bisa mundur dan Anda masih harus berpraktik sampai usia 60+ tahun.

The choice is yours.

Don’t choose lifestyle over education!

Now here comes a huge problem.

Kita cenderung untuk lebih memilih hal-hal yang berhubungan dengan lifestyle daripada merencanakan dana untuk pendidikan anak dengan baik. Mengapa? Karena kebutuhan untuk dana kuliah misalnya memang terkesan masih lama dari waktu sekarang, sehingga kita lebih memilih untuk meluangkan uang kita untuk hal-hal yang dapat kita nikmati sekarang.

Beberapa contoh:

  • Untuk apa kita membeli handphone flagship seharga 20+ juta IDR jika handphone lain seharga 5-10 juta IDR juga sudah cukup baik untuk keseharian kita? Apakah tidak lebih baik sisanya diinvestasikan untuk dana pendidikan?
  • Untuk apa seseorang yang memiliki anak-anak berusia <10 tahun kemudian mengajak anak-anaknya liburan ke Eropa? Hanya untuk posting di media sosial? Mereka toh tidak akan ingat juga mayoritas pengalaman-pengalaman apa saja yang mereka alami di sana. Liburan dalam negeri yang pastinya lebih murah tentunya tidak kurang untuk mereka, karena yang anak-anak pentingkan adalah kebersamaan dengan keluarga. Lebih baik luangkan uangnya untuk dana kuliah anak-anak.
  • Untuk apa seorang ayah membeli mobil sport utility vehicle (SUV) terbaru, jika mobilnya baru berusia 7 tahun dan masih bisa berfungsi sebagai kendaraan dari dan ke tempat bekerja? Uang yang sama mungkin dapat membiayai 1/4 sampai 1/2 dari kebutuhan anak semasa kuliah.
  • …….and so on, and so on.

Are you REALLY planning for your kids’ future education?

Or you prefer your own toys for the present?

Well prepared = more options

Hal terakhir yang ingin saya sampaikan adalah kutipan kalimat yang sangat saya sukai dari Morgan Housel:

Personal finance is not about getting rich. It’s about having options.

Dengan memiliki perencanaan dana pendidikan yang baik, ada suatu hal yang priceless yang Anda dan anak Anda akan dapatkan, yaitu kemampuan untuk memilih. Seberapa sering kita mendengar bahwa anak-anak memiliki mimpi yang tinggi untuk sekolah ke luar negeri dan mencari wawasan baru, tetapi terbentur fakta bahwa orangtuanya tidak sanggup membayar biaya pendidikannya?

Sementara jika Anda sudah merencanakannya dari jauh-jauh hari dan diinvestasikan dengan perencanaan yang baik, niscaya suatu hari anak-anak Anda bisa dengan leluasa memilih dan menentukan di mana mereka akan melanjutkan pendidikannya.

And you’ll be happy parents.


Apakah Anda sudah memiliki rencana untuk dana pendidikan anak?
Atau masih hanya sebatas mimpi saja?
Tinggalkan komentar di kolom di bawah.

Photo by Seyi Ariyo on Unsplash

www.domainesia.com

14 thoughts on “Perencanaan Dana Pendidikan Anak”

  1. Selamat pagi dokter, izin bertanya. Dana pendidikan ini termasuk dana untuk fasilitas pendidikan ya dok? (Misalkan dana pendidikan untuk anak SD perlu ditambah laptop/HP guna menunjang pendidikannya). Hal ini perlu juga dihitung di awal dok? Terima kasih dokter.

    Reply
  2. Gimana pendapatnya tentang tapenas Dok? Memang sih utk returnnya jauh banget dibawah instrumen RDPU/PT/S Tp untuk safety (krn dijamin LPS*), dan habit (autodebet&compound) menurut pandangan saya itu baik juga.

    Reply
    • 1. Dengan return yang hanya sekitar 3%, menurut saya ini hanya akan tergerus oleh inflasi dan (biasanya) biaya administrasi. Sehingga sebenarnya yang kita lakukan “hanya” menabung dan bukan berinvestasi.

      2. Lebih baik seseorang dengan sadar setiap bulan melakukan budgeting dan mengontrol investasinya sendiri, daripada harus sampai melakukan autodebet setiap bulannya, yang menurut saya terkesan berarti ybs sendiri tidak dapat mengontrol dirinya sendiri jika berkaitan dengan hal uang.

      Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Weekly newsletter

Suntikan literasi keuangan (dan kehidupan) mingguan di tengah kesibukan Anda!